Sumbu Filosofi Yogyakarta

Sri Sultan Hamengku Buwono X Ingin Sumbu Filosofi Berdampak Positif ke Seluruh Lapisan Masyarakat

Penulis: Hanif Suryo
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penandatanganan kerja sama Sumbu Filosofi antara Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul, dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Grand Rohan, Bantul, Kamis (2/11/2023).

TRIBUNJOGJA.COM - Gubernur DIY , Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap keberadaan Sumbu Filosofi hanya berdampak positif pada kawasan yang bersinggungan langsung, melainkan turut dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat DIY terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut diungkapkan Sultan saat memberikan arahan tentang Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia, Kamis (02/11/2023) di Grand Rohan, Bantul, yang turut dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Bantul, Sekda Kota dan Bantul, serta kepala-kepala OPD di lingkungan 2 daerah tersebut.

Sekadar informasi, semangat merawat Sumbu Filosofi Jogja yang menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO termanifestasi dalam Satu Aksi Sumbu Filosofi: Budaya Jogja Mendunia atau Si Sufi Jogja.

Dalam Si Sufi Jogja yang berbentuk pelaksanaan dokumen rencana pengelolaan (management plan) ini, seluruh pihak mulai dari pemerintah pusat, Pemda DIY, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul, dan masyarakat berkolaborasi dalam merawat dan mengembangkan Sumbu Filosofi ke depannya.

Si Sufi Jogja berisi pedoman pengelolaan kawasan Sumbu Filosofi Jogja berbasis pemberdayaan budaya dan ekonomi masyarakat.

"Kami berharap kabupaten dan kota punya aspirasi, karena bagaimanapun juga di luar sumbu filosofi harus diatur bagaimana wilayah-wilayah itu bisa tumbuh. Di dalam kawasan filosofi diperlukan adanya penyangga untuk menguatkan, sehingga ekonomi juga akan tumbuh. Penyangga tentu bukan hanya dari yang di dalam kawasan, oleh karena itu, dampaknya positifnya juga harus sampai di luar kawasan," kata Sultan.

Baca juga: Pemda DIY Bakal Bentuk Sekretariat Bersama untuk Kelola Kawasan Sumbu Filosofi

Hal ini karena menurut Sultan, tidak boleh pertumbuhan hanya berpusat di satu tempat saja yang menjadi bagian dari Sumbu Filosofi saja.

Maka perlu ada program-program yang tidak hanya khusus untuk wilayah Sumbu Filosofi saja, namun di luar itu pun perlu diperhatikan.

Yang terpenting, ada  relevansi dalam satu kawasan kelurahan atau kawasan lain dengan Sumbu Filosofi yang memungkinkan untuk tumbuh.

Jika hal tersebut dilakukan, maka dipastikan menurut Sri Sultan akan timbul masalah kecemburuan sosial yang akan memberatkan bagi pembangunan berikutnya.

Sehingga, semua harus terlayani dengan sama rata, sesuai dengan karakteristik tertentu pada ragam program yang sesuai dengan 7 rekomendasi  UNESCO.

Dalam kesempatan tersebut Sekda DIY Beny Suharsono menambahkan, struktur sistem pengelolaan dan koordinasi Sumbu FIlosofi terdiri dari perpaduan sistem tradisional Keraton Yogyakarta dan pemerintahan terkini.

EMpat struktur pengelolaan dalam Management Plan  terdiri atas Sekretariat Bersama untuk level keputusan dan kebijakan, Pengelola situs Kawasan Sumbu Filosofi untuk level operasional, Kelompok Kerja Teknis Sumbu Filosofi untuk level masyarakat, dan Sistem Tradisional untuk Tata Rakiting Paprentahan dan Tata Rakiting Wewangunan oleh Kraton.

Tugas Sekretariat Bersama Sumbu Filosofi adalah mengkomunikasikan pengelolaan warisan dunia Sumbu Filosofi kepada UNESCO melalui Perwakilan Indonesia untuk UNESCO.

Mereka juga bertugas menyusun arah kebijakan dan strategi (tahapan, pendanaan) pengelolaan warisan dunia Sumbu Filosofi; melaksanakan koordinasi dan integrasi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/kegiatan.

Halaman
12

Berita Terkini