"Neraca pangan DIY perlu dibangun secara rinci dan diinformasikan secara terbuka kepada TPID. Ini sebagai acuan kebijakan pengendalian inflasi. Juga komitmen kabupaten/kota dalam stabilasi inflasi, mewujudkan kerja sama antar daerah intraprovinsi, menjaga komoditas pangan, memperkuat kelancaran distribusi, dan stabilasi harga dan pasokan," ujarnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Ibrahim mengingatkan ancaman inflasi hingga akhir tahun 2023 akibat potensi kenaikan tarif listrik, kenaikan cukai tembakau, dan gangguan produksi akibat Elnino.
"Tren inflasi sampai akhir tahun cenderung turun. Tapi November dan Desember perlu diantisipasi. Meski ada faktor penghambat inflasi yang perlu kita perkuat bersama," katanya.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, hujan mulai turun sekitar Agustus, sedangkan tahun ini belum turun hujan sama sekali. Kekeringan akibat Elnino berdampak pada penurunan luas panen dan produksi. Meski secara umum produksi DIY masih surplus, adanya permintaan dari daerah menyebabkan harga beras mengalami kenaikan.
Permintaan komoditas pangan di akhir tahun 2023 juga diperkirakan meningkat. Hal itu karena kenaikan permintaan saat Nataru. Sehingga pihaknya juga mendorong optimalisasi belanja pemerintah.
Peran operasi pasar, pasar murah, gerakan pangan murah, hingga optimalisasi Segara Amarta pun berdampak positif pada kestabilan harga pangan dan meyakinkan masyarakat akan ketersediaan pasokan. (maw)