Berita Pendidikan Hari Ini

Jurus Jitu UGM Atasi Masalah Sampah, dari Cacah Plastik hingga Olah Sampah Organik Jadi Kompos

Penulis: Ardhike Indah
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mesin pencacah plastik kresek diciptakan oleh peneliti Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik (FT) UGM, Muslim Mahardika, Ph.D pada tahun 2019.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Universitas Gadjah Mada ( UGM ) memiliki sejumlah cara untuk mengatasi persoalan sampah yang sedang menjadi pembicaraan hangat di DI Yogyakarta .

Koordinator bidang Kehumasan UGM , Dina W Kariodimedjo Ph.D mengatakan, UGM telah mengembangkan strategi pengolahan sampah secara mandiri dan berwawasan lingkungan.

“Hal menjadi komitmen UGM dalam menyukseskan program pemerintah dalam mewujudkan terbentuknya kota berkelanjutan seperti dalam rencana aksi SDGs poin ke-11 dengan salah satu indikator kota berkelanjutan adalah pengelolaan sampah solid yang baik,” kata Dina kepada wartawan, Selasa (25/7/2023).

Ia menjelaskan, salah satu langkah yang dilakukan UGM dalam pengelolaan sampah secara mandiri adalah pengembangan fasilitas pengolahan sampah organik menjadi kompos sejak 2011 silam di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM , di Desa Kalitirto, Kapanewon Berbah, Sleman.

“Lalu pada tahun 2016, UGM juga mendirikan Rumah Inovasi Daur Ulang (RinDU) yang menjadi laboratorium daur ulang sampah dan limbah dengan konsep pengolahan sampah berbasis 3R atau Reduce, Reuse, Recycle,” beber dia.

Baca juga: Ini Penjelasan Pakar UGM Agar Pemerintah Tak Jadikan Cangkringan Tempat Penampungan Sampah Sementara

Adapun pengelolaan sampah dilakukan dengan beberapa metode.

Metode tersebut diantaranya adalah komposting untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk, metode pirolisis untuk pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar, dan mengguankan incinerator untuk pengolahan sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Tak hanya itu, PIAT UGM berkolaborasi dengan sejumlah mitra juga membuat sistem pengelolaan limbah masker dan sarung tangan plastik selama pandemi Covid-19.

Sistem tersebut adalah Dropbox-Used Mask (Dumask) yang bertujuan menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum yang aman dan ramah lingkungan.

Dropbox diletakkan di sejumlah lokasi lalu petugas akan mengambil sampah medis untuk dihancurkan dengan pemanasan bersuhu tinggi (pirolisis).

“Ada juga mesin pencacah plastik yang bisa dipakai sebagai bahan campuran aspal. Alat itu diciptakan oleh peneliti Fakultas Teknik UGM ,” terangnya.

Peneliti itu adalah Muslim Mahardika, Ph.D dan melibatkan peneliti lain.

Mesin pencacah plastik kresek ini dibuat pada awal 2018 silam untuk mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai tambah, termasuk mengurangi sampah plastik yang ada di masyarakat.

Hasil cacahan plastik tersebut sebagai bahan daur ulang plastik yang digunakan oleh pabrik daur ulang plastik  dan juga sebagai bahan campuran aspal.

“Inovasi lain yang dikembangkan peneliti UGM adalah Biogas Power Plant Gamping yang ada di Pasar Buah Gemah Ripah, Gamping, Yogyakarta,” terangnya.

Instalasi ini dibangun pada 2011 lalu Waste Refinery Center UGM bersama dengan Koperasi Gemah Ripah Gamping, Pemda Sleman, serta Pemerintah Swedia untuk mengolah sampah buah di pasar tersebut menjadi biogas sekaligus mengurangi pembuangan sampah yang akan dibawa ke TPA Piyungan.

Lewat pengolahan sampah buah menjadi biogas mampu membangkitkan listrik yang dimanfaatkan oleh pedagang pasar di kawasan tersebut.

Baca juga: Pemkab Kulon Progo Libatkan Lintas OPD dan UGM dalam Pengelolaan Sampah

“Berikutnya, inovasi untuk mengatasi soal sampah dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Biologi UGM Rania Naura Anindhita,” jelas dia.

Ia membuat sebuah formula untuk menetralkan bau sampah dengan memanfaatkan air lindi atau cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di tumpukan sampah bernama Eco Lindi. 

Inovasi yang dikembangkan Rania turut memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan.

Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), UGM membantu masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga.

“Dalam tahap awal program ini dilakukan di sekitar kampus UGM dan nantinya akan digerakkan secara lebih luas di berbagai daerah di tanah air,” jelas Dina.

Mahasiswa KKN UGM akan membantu warga dalam mengelola sampah yang baik di tingkat desa sebelum dibuang ke TPA.

Pengelolaan sampah dilakukan dengan  memperhatikan karakteristik dan keunikan masyarakat di wilayah masing-masing. ( Tribunjogja.com )

Berita Terkini