Saat tetangga ingin meminjam tampah (alat untuk membersihkan beras), dia tidak mau meminjamkan.
“Mereka (suami-istri) hidup bertetangga, namun istrinya itu termasuk orang yang pelit kepada tetangganya,” tutur Suparman, mengingat kembali cerita dari kakek dan neneknya tentang Legenda Pulau Senoa.
“Bahkan, saking pelitnya, si istri nelayan ini ketika tetangganya meminjam tampis atau tampah, ia tidak pernah meminjamkannya,” imbuh Suparman.
Istri nelayan yang kikir itu lupa kalau suatu saat ia akan membutuhkan bantuan tetangga.
Pada suatu hari, istri nelayan itu mengandung, sampai hamil besar.
Detik-detik melahirkan segera tiba. Saat itu, suaminya sedang pergi melaut untuk mencari nafkah.
Setelah nelayan pulang ke rumah, ia mendapati istrinya sedang kesakitan lantaran hendak melahirkan.
Kemudian, mereka berdua meminta bantuan kepada tetangga agar mau membantu proses persalinan.
Namun, karena istri nelayan tersebut pelit dan tidak pernah membantu tetangga, akhirnya tidak ada satu orang pun yang mau membantunya.
Sepasang suami istri itu pun lantas pergi mencari bantuan orang lain dengan cara menyebrangi lautan.
Ketika mereka hendak pergi mencari bantuan, semua barang-barang milik mereka dibawa masuk ke dalam sampan.
Akibatnya, sampan yang dikendarai terlalu penuh dengan muatan barang.
Saat masih dalam perjalanan mengarungi lautan, sampan yang dinaiki sepasang suami istri itu tenggelam.
Sang suami hilang entah ke mana.
Sedangkan, sang istri berubah menjadi sebuah pulau yang bentuknya mirip seperti manusia.