TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mengungkap temuan penularan Antraks dari ternak ke manusia diĀ Kapanewon Semanu.
Satu warga setempat pun dilaporkan meninggal dunia akibat Antraks ini.
Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty menjelaskan temuan ini diketahui setelah ada laporan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito Yogyakarta.
"Jadi ada warga Gunungkidul yang dirawat karena Antraks pada 1 Juni 2023, lalu meninggal dunia pada 4 Juni," jelas Dewi.
Laporan diterima Dinkes Gunungkidul pada 2 Juni, saat yang bersangkutan masih dirawat.
Warga yang diketahui berumur 73 tahun tersebut berasal dari Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu.
Warga itu diketahui ikut menyembelih dan mengonsumsi daging sapi yang terindikasi Antraks.
Dinkes Gunungkidul pun langsung bergerak cepat melakukan penelusuran ke warga Jati.
Hasilnya, ada 125 warga yang ikut menyembelih dan mengonsumsi daging tersebut.
Sampel darah mereka pun diambil untuk diperiksa lebih lanjut di BBTKLPP Yogyakarta.
"Hasil pemeriksaan menyatakan 85 warga positif Antraks, yang bergejala 18 orang," ungkap Dewi.
Gejala yang dialami belasan warga tersebut berupa luka-luka khas Antraks.
Ada juga yang mengalami diare, mual, pusing, dan sebagainya.
Mereka yang bergejala maupun tidak mendapatkan antibiotik sebagai penanganan.
Menurut Dewi, tidak ada warga yang harus dirawat di RS karena bergejala.
"Proses surveilans juga masih berjalan sampai sekarang, selama 2 kali masa inkubasi atau 120 hari sejak laporan diterima," ujarnya.
Dewi menilai edukasi ke masyarakat masih perlu digencarkan, sebab kasus ini berawal dari perilaku mereka sendiri.
Mereka diimbau untuk tidak mengonsumsi daging sapi atau kambing yang sakit atau mati mendadak.
Kasus Antraks di Pedukuhan Jati sendiri baru pertama kalinya terjadi.
Meski demikian pihaknya berharap penularan tidak meluas dan tidak terjadi lagi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengungkapkan ada 5 sapi yang mati mendadak di Semanu. Terjadi sejak November 2022 hingga mendekati Iduladha.
"Kami langsung melakukan antisipasi setelah adanya temuan itu, seperti meminta ternak mati dikuburkan dan sampel diambil untuk pengecekan," ujar Wibawanti.
Namun warga disebut menggali kembali ternak yang sudah dikubur untuk diambil dagingnya dan dikonsumsi.
Dari sinilah penularan Antraks terjadi.
Apalagi setelahnya, hasil pemeriksaan menyatakan sapi tersebut positif Antraks.
Wibawanti mengatakan sosialisasi langsung dilakukan ke warga yang tinggal di lokasi temuan.
"Kami berikan antibiotik, vaksin, hingga desinfektan ke ternak yang masih hidup, termasuk meminimalisir ternak keluar dari kawasan yang terkena Antraks," jelasnya.(*)