Perang Rusia Ukraina

Rusia Bombardir Ukraina dengan 83 Rudal, Putin Sebut Balasan Terhadap Peledakan Jembatan Krimea

Penulis: Hari Susmayanti
Editor: Hari Susmayanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TARGET - Jembatan Krimea ini termasuk infrastruktur raksasa di Eropa yang dibangun Rusia setelah Semenanjung Krimea bergabung Federasi Rusia pada 2014.

"Negara Ukraina dalam konfigurasinya saat ini dengan rezim politik Nazi akan menimbulkan ancaman yang konstan, langsung, dan jelas bagi Rusia."

"Oleh karena itu, selain melindungi rakyat kita dan melindungi perbatasan negara, tujuan tindakan kita di masa depan, menurut pendapat saya, adalah penghancuran total rezim politik Ukraina," ungkapnya lagi.

Dapat Kecaman

Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan, ia merasa terkejut atas serangan Rusia ke Ukraina.

Antonio Guterres menggambarkan serangan itu sebagai "eskalasi perang yang tidak dapat diterima", di mana warga sipil harus membayar harga tertinggi.

Uni Eropa mengatakan kejahatan perang telah dilakukan, sementara presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan Rusia mendukung teror dan kebrutalan.

Sementara itu, Amerika Serikat mengutuk keras serangan "brutal" Rusia ke Ukraina, karena telah menghantam sasaran non-militer.

Atas serangan tersebut, pihak Amerika Serikat menjanjikan kepada Ukraina bantuan militer berkelanjutan.

Dikutip dari BBC, Majelis Umum PBB mengadakan pertemuan darurat menyusul serangan terbaru Rusia.

Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Akui Kedaulatan Kherson dan Zaporozhye

Putin Tuduh Ukraina jadi Dalang Ledakan Jembatan Krimea

Presiden Rusia, Vladimir Putin menuduh Ukraina sebagai dalang di balik meledaknya Jembatan Krimea.

Putin mengatakan, pasukan intelijen Ukraina memiliki tujuan untuk menghancurkan bagian penting dari infrastruktur sipil Rusia.

"Tidak diragukan lagi, ini adalah tindakan terorisme yang bertujuan menghancurkan infrastruktur sipil penting Rusia," kata Putin, dikutip dari BBC.

"Penulis, pelaku, dan penerima manfaat adalah dinas keamanan Ukraina," lanjutnya.

Kepala Komite Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin mengatakan, warga Rusia dan beberapa negara asing telah membantu persiapan serangan itu.

Halaman
123

Berita Terkini