TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami inflasi yang cukup tinggi sejak pandemi Covid-19 hingga kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perencanaan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Danang Setiadi saat rapat bersama jajaran legislatif di DPRD DIY, Kamis (15/9/2022) kemarin.
"Biasanya di angka 2 atau 3 persen. Jika dibandingjan Desember 2021, angka inflasi kami 4.24 persen," katanya.
Baca juga: Angka Pernikahan Usia Anak di DI Yogyakarta Terpantau Tinggi, DP3AP2 DIY Paparkan Risikonya
Kenaikan inflasi itu menjadi paling buruk selama ini, sebab biasanya angka inflasi di DIY antara 2 atau 3 persen sesuai amanat dari pemerintah pusat mengenai batas inflasi masing-masing daerah.
Dijelaskan, inflasi di DIY sempat menurun bahkan mengalami deflasi sebesar 0.12 persen pada April kemarin.
Kemudian angka inflasi kembali naik bahkan sempat menyentuh angka 5.7 persen pada Juli lalu.
"Agustus turun sedikit. Mudah-mudahan trend inflasi kita menurun, meski kita tahu awal bulan ini ada kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga BBM," jelas Danang.
Baca juga: Gus Hilmy Jadi Pembicara di STAIYO Gunungkidul, Sosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan
Danang berharap bulan ini pemerintah DIY dapat menjaga inflasi tetap stabil di bawah angka 5 persen.
Angka inflasi yang tinggi menurutnya dapat mengganggu perputaran ekonomi di wilayah DIY. (hda)