Hanya ada sisa bangunan rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya yang masih berdiri kokoh, namun sudah tak terawat.
"Ada sekitar empat bangunan rumah di sana yang masih ada. Sampai sekarang administrasinya masih masuk ke desa yang saya bawahi.Hanya ada satu rumah yang masih dirawat oleh pemiliknya,"tuturnya.
Adapun gambaran Dusun Puntingan yang sudah ditinggal penghuninya sejak dua tahun lalu itu antara lain pada bagian utama terdapat sebuah rumah yang paling besar diketahui dimiliki oleh penghuni tertua di dusun tersebut.
Rumah itu hanya dibangun dengan batu batu tanpa diberi cat warna, kondisinya pun sudah tertutupi lumut.
Jendela, pintu, hingga atapnya pun sudah tidak ada.
Hanya ada rumput-rumput liar yang tumbuh tinggi menjadi penghuni baru rumah tersebut.
Lalu, terdapat satu bangunan musala yang ukurannya tidak terlalu besar. Musala ini pun dilengkapi dengan tempat wudhu dengan air yang mengalir.
Musala ini masih digunakan sesekali oleh penduduk sekitar dusun untuk beribadah selepas mencari bambu.
Terakhir di ujung area dusun tersebut, ada satu rumah lagi.
Warnanya putih dengan aksen warna hijau diberikan pada pewarnaan jendela rumah.
Rumah ini diketahui milik dari si penghuni terakhir yang akhirnya juga memutuskan untuk meninggalkan dusun tersebut.
Perangkat Desa Dlimas, Sakdan, mengatakan untuk aktivitas pada siang hari dusun tersebut masih dilalui warga yang hendak mencari bambu atau berladang.
"Namun, menjelang sore hari keadaan sudah sunyi senyap, tidak ada lagi aktivitas. Warga juga enggan melintas di daerah sini karena gelap,"tuturnya.
Ia menambahkan, akses penerangan di Dusun Puntingan juga minim. Listrik baru masuk sekitar beberapa tahun lalu namun sudah diputus karena penghuninya sudah tidak ada lagi.
"Tidak ada penerangan di sini pada malam hari. Karena, sama sekali tidak ada listrik,"ungkapnya.