Tahun Baru Islam

1 Suro 2022 Jatuh Pada Sabtu 30 Juli 2022, Ini Bedanya dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Rina Eviana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pergantian tahun baru penanggalan Jawa 1 Sura (1951 dal) juga disambut dengan tradisi Siraman Dalem Pusaka atau semacam jamasan pusaka oleh Puro Pakualaman, Jumat (22/9/17).

Tribunjogja.com - Malam 1 Suro 2022 akan jatuh pada Sabtu 30 Juli 2022 jika dilihat dari penanggalan Jawa dan Masehi.

Sementara Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah juga jatuh pada Sabtu 30 Juli 2022.

Banyak yang mengira bahwa 1 Suro juga bertepatan dengan jatuhnya 1 Muharram dalam kalender Hijriyah.

RM Kukuh Hertriasning (kiri) memberikan air dari Gentong Kyai Suba pada Joko Narendro, tokoh masyarakat asal Pengkol, Nglipar, Gunungkidul pada Rabu (19/08/2020) malam. Kegiatan ini merupakan bagian dari ritual Kirab Pusaka dan Kuras Gentong, yang dilaksanakan setiap tahun menjelang 1 Muharram atau 1 Sura menurut penanggalan Jawa. (TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando)

Namun nyatanya, keduanya tidak jatuh pada waktu yang sama karena ditentukan berdasar dari dua kalender yang berbeda.

1 Suro sendiri merupakan awal bulan dalam kalender Jawa yang pertama kali diterbitkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo yang merupakan Raja Mataram Islam.

Sementara 1 Muharram merupakan awal penanggalan Islam dalam kalender Hijriyah yang dibuat pada masa khalifah Umar bin Khattab.

Seperti pada penanggalan lainnya, kalender Jawa memiliki dua belas bulan yang namanya berasal dari serapan bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah Jawa yaitu Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, dan Besar.

Lebih lanjut, tanggal 1 Suro berselisih sehari lebih lambat dengan jatuhnya 1 Muharram.

Hal ini karena 1 Suro biasanya diperingati ada malam setelah maghrib karena pergantian hari pada penanggalan Jawa dimulai saat matahari terbenam, bukan pada tengah malam.

Baca juga: 5 Mitos dan Larangan Malam 1 Suro dalam Tradisi Jawa

Pada tahun 2022, jatuhnya tanggal 1 Suro bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2022 dan jatuh pada pasaran Sabtu Pahing.

Sehingga pelaksanaan tradisi malam 1 Suro 2022 akan dilakukan pada malam sebelumnya yaitu pada pasaran Jumat Legi.

Walau begitu jika mengikuti penanggalan Jawa maka malam 1 Suro sudah masuk kepada pasaran Sabtu Pahing karena telah melewati waktu Maghrib.

1 Suro pada tahun 2022 ini juga menandai bergantinya kalender Jawa dari tahun 1955 ke tahun 1956.

Tradisi peringatan 1 Suro sangat lekat dengan masyarakat Indonesia, khususnya bagi suku Jawa.

Seperti diketahui, Suro atau Sura merupakan sebutan bagi bulan pertama dalam penanggalan Jawa.

Pada bulan Suro, masyarakat suku Jawa akan melakukan berbagai tradisi sesuai kepercayaannya yang masih dilakukan hingga saat ini.

Maka menjadi penting bagi masyarakat terutama dari suku Jawa untuk mengetahui kapan jatuhnya 1 Suro pada penanggalan masehi di tahun 2022.

Tradisi malam 1 Suro

Suasana pelepasan Lampah Budaya Mubeng Beteng yang digelar untuk menyambut 1 Suro tahun Jawa, Minggu (02/10/2016) tengah malam. (tribunjogja/arfiansyah panji)

Sejarah malam 1 Suro dalam pandangan sebagian masyarakat Jawa dianggap punya makna mistis dibanding hari-hari biasa.

Pada malam 1 Suro para penganut Kejawen (kepercayaan tradisional masyarakat jawa) akan menyucikan dirinya berikut benda-benda yang diyakini sebagai pusaka.

Sejumlah kraton dari Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, hingga Kasepuhan Cirebon bahkan punya tradisi masing-masing untuk merayakan 1 Suro.

Kraton Surakarta misalnya. Pada malam 1 Suro biasanya akan menjamas (memandikan) pusaka-pusaka kraton termasuk mengirab kerbau bule, Kiai Slamet.

Nama lain malam 1 Suro adalah malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriyah atau Islam.

Baca juga: Tradisi Malam 1 Suro atau 1 Muharram Tahun Baru Islam Masyarakat Jogja dan Sekitarnya

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriyah memang di awali bulan Muharam. Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Sultan terbesar Mataram tersebut lantas memadupadankan kalender Saka dengan penanggalan Hijriyah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriyah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriyah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat, kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Rupanya Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepecayaan Kejawen, bulan Suro memang dianggap istimewa.

Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

Kepercayaan tersebut ternyata terus turun menurun hingga saat ini.

Bahkan sebagian kalangan menganggap bulan Suro, terutama malam 1 Suro punya nilai mistis tersendiri atau cenderung dianggap angker. (Kompas.com/TribunJogja)

 

Berita Terkini