Tahun Baru Islam

Tradisi Malam 1 Suro atau 1 Muharram Tahun Baru Islam Masyarakat Jogja dan Sekitarnya

Biasanya, satu suro diperingati pada malam hari setelah salat maghrib, pada hari sebelum tanggal satu biasanya disebut malam suro.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribun Jogja/Santo Ari
Ratusan warga mengikuti ritual Topo Bisu Mubeng Benteng di komplek Keraton Yogyakarta, Sabtu (25/10/2014) dini hari. 

TRIBUNJOGJA.COM - 1 Muharram dalam kalender Hijriyah bersamaan dengan satu 1 Suro hari pertama dalam kalender Jawa di bulan sura atau suro yang diterbitkan Sultan Agung.

Biasanya, 1 Suro diperingati pada malam hari setelah salat maghrib, pada hari sebelum tanggal satu biasanya disebut malam suro.

Hal tersebut karena pergantian hari Jawa dimulai ketika matahari dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

1 Suro, bagi masyarakat Jawa memiliki banyak pandangan sebagai hari yang dianggap keramat, terlebih jika jatuh pada Jumat Legi.

Biasanya dilakukan beberapa tradisi untuk memperingatinya.

Adapun tradisi yang dilakukan saat malam 1 Suro diantaranya:

1. Mubeng Beteng


Pada malam 1 Suro, di Yogyakarta terdapat tradisi yang disebut Tapa Bisu Mubeng Beteng.

Tradisi yang dilakukan oleh Abdi Dalem Kraton Yogyakarta tersebut digelar setiap malam 1 Suro sesuai penganggalan kalender Jawa yang dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng Kraton Yogyakarta pada malam hari tanpa berbicara.

Tujuan dilakukannya Mubeng Beteng adalah ngiwake atau membuang hal-hal buruk.

2. Jamasan Pusaka

Prosesi jamasan pusaka Tombak Kyai Turun Sih di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Senin (08/10/2018) pagi
Prosesi jamasan pusaka Tombak Kyai Turun Sih di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Senin (08/10/2018) pagi (Tribun Jogja/ Alexander Ermando)


Upacara Jamasan Pusaka dilaksanan rutin setiap tahun pada bulan Suro yang bertujuan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Yogyakarta.

Dilansir dari laman kebudayaan.jogjakota.go.id, sebelum memasuki acara inti Jamasan Pusaka yaitu pembersihan Tombak Kyai Wijoyo Mukti, terlebih dahulu dilaksanakan Sugengan Agung (pemanjatan doa) supaya diberikan kelancaran dalam proses Jamasan.

Pada acara puncak, Pusaka dibersihkan dengan cairan jeruk nipis agar minyak dan kotoran-kotoran yang menempel pada pusaka selama satu tahun lalu dapat larut.

Permukaan Pusaka diberi warangan dengan cara dioleskan berkali-kali ketika Pusaka tersebut telah kering. Pemberian warangan bertujuan melinfungi Pusaka dari karat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved