TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebanyak 38 ribu calon pelajar SMA di DI Yogyakarta tercatat telah mengambil token untuk mendaftar seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya menjelaskan, proses pengajuan akun dan pengambilan token berlangsung pada 21-24 Juni lalu.
Setelah pengambilan token, bakal dilanjutkan proses peminatan atau pemilihan sekolah pada 27-29 Juni.
Adapun seleksi online berlangsung sepanjang 27-30 Juni.
Baca juga: UPDATE Verifikasi PPDB SMA DI Yogyakarta: 185 Calon Pelajar Dinyatakan Lolos Jalur Zonasi 300 Meter
"Lulusan SMP di DIY itu ada 54 ribuan dan hingga hari terakhir yang ambil token sudah 38 ribuan dari daya tampung SMA kita sekitar 31 ribu lebih," terang Didik, Minggu (26/6/2022).
Didik melanjutkan, saat ini tercatat ada sekitar 400 pelajar di DIY yang dinyatakan lolos PPDB melalui jalur zonasi 300 meter.
Jumlah pendaftar jalur zonasi 300 meter sebenarnya mencapai lebih dari 800 siswa.
Namun sebagian besar di antaranya mengalami penolakan setelah diketahui tinggal mereka berada di luar radius 300 meter melalui proses verifikasi lapangan.
"Pendaftarnya ada banyak sekitar 800-an tapi yang keterima sekitar 400 an siswa di seluruh DIY," jelasnya.
Didik menjelaskan, dengan melihat data pengajuan token pendaftaran, maka diperkirakan ada sekitar 7.000 calon pelajar yang bakal tersingkir dalam proses seleksi PPDB SMA .
Baca juga: Forpi Kota Yogyakarta Temukan Dugaan Kecurangan PPDB Zonasi Wilayah Lewat Nebeng KK
Sebagai alternatif, Disdikpora DIY akan mengalihkan ribuan pelajar itu ke sekolah-sekolah yang kekurangan siswa.
Sebab jika berkaca pada PPDB tahun lalu, masih ditemui sejumlah SMA di DI Yogyakarta yang minim pendaftar.
Misalnya di SMAN 1 Tanjung Sari dan SMAN 1 Semanu di Kabupaten Gunungkidul serta SMAN 1 Girimulyo dan SMAN 1 Galur di Kabupaten Kulon Progo.
"Dari sistem sekolah yang kekurangan murid otomatis akan menarik anak yang sudah daftar tapi belum dapat sekolah. Jadi sistem itu akan menarik ke sekolah di zona terdekat. Hanya saja kadang siswa tidak mau karena terlalu jauh," jelasnya. ( Tribunjogja.com )