Hal ini sangat diperlukan supaya kasus-kasus kecurangan bisnis, khususnya skandal keuangan tidak terulang atau paling tidak, dapat dikurangi.
“Teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) merupakan teknologi yang menjanjikan dan dapat digunakan untuk pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi secara efektif dan efisien. Tantangannya adalah mengembangkan berbagai aplikasi berbasis AR dan VR yang merepresentasi kasus-kasus etika bisnis dan profesi akuntansi di dunia nyata,” katanya.
Dalam pemaparannya, Mahfud Sholihin mengaku ia bersama tim telah mengembangkan tiga aplikasi berbasis teknologi komputer dan telekomunikasi berbasis telepon pintar mengembangkan pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi.
Dua aplikasi AR yang sudah dikembangkan adalah “WWE” (Who Wants to be Ethical) dan “ARGIA” (Augmented Reality of Garuda Indonesia Airways).
Satu aplikasi yang dikembangkan menggunakan VR adalah “Dilema Auditor”. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat digunakan untuk memberi pengalaman pengambilan keputusan sekaligus memberi pemahaman tentang teori-teori terkait etika.
Lebih jauh ia menjelaskan, aplikasi WWE berbasis AR ini digunakan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai kasus whistle blowing yang terjadi di sebuah perusahaan nyata di Indonesia.
Skenario di dalam aplikasi ini didasarkan pada situasi dilema etika yang mungkin dihadapi oleh karyawan di bagian keuangan.
“Aplikasi WWE ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai aktivitas pelaporan pelanggaran yang mungkin terjadi di dunia bisnis. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan visualisasi kasus etika bisnis yang dapat dipelajari di dalam kelas dan mengaitkannya dengan teori-teori etika bisnis,” ungkapnya.
Sementara Aplikasi ARGIA berbasis AR yang dikembangkan Mahfud Sholihin dan tim menggunakan kasus pengakuan pendapatan di PT Garuda Indonesia.
Dalam aplikasi ini dijelaskan bahwa perusahaan melakukan pengakuan pendapatan secara agresif.
Praktik ini bertentangan dengan prinsip konservatisme dalam akuntansi.
Baca juga: FKG UGM dan WAE Kerja Sama Inisiasi Gerakan Jemput Sampah
Akibatnya, laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi menjadi overstated dan tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya.
Sedangkan Aplikasi VR berisi dilema etika yang mungkin dihadapi oleh auditor.
Dijelaskan Mahfud Sholihin , pada satu situasi, auditor dapat mengambil keputusan untuk menjadi detektor atau di sisi lain mengabaikan terjadinya manipulasi laba yang dilakukan oleh pihak yang diaudit (auditee).
Di dalam aplikasi ini, pengguna berperan sebagai auditor dan melaksanakan pekerjaan audit sesuai dengan surat perikatan audit (audit engagement letter).
Dalam melaksanakan pekerjaan audit, ada beberapa langkah yang dilakukan auditor.
Pertama, auditor mereview penyelesaian proyek.
Kedua, Setelah mereviu proyek, auditor menentukan berapa tingkat penyelesaian proyek tersebut.
Selanjutnya, auditor mengaudit laporan keuangan dan memeriksa apakah pengakuan pendapatan sesuai dengan tingkat penyelesaian proyek. ( Tribunjogja.com )