TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Lapak jualan milik Desi Sunarti (38), penjual pakaian yang berada di area pintu belakang destinasi wisata Candi Borobudur tampak ramai dikerubungi pembeli pada Minggu (8/5/2022) siang.
Satu per satu, pembeli mendatangi lapak jualan miliknya. Mereka sibuk mencari-cari baju batik daster yang seukuran dengan tubuhnya..
Sedangkan pembeli lainnya, sibuk tawar-menawar untuk mendapatkan harga yang pas.
Pemandangan seperti itu pun, tak hanya ada di lapak milik Desi. Melainkan, juga terjadi di beberapa lapak milik pedagang lainnya.
Desi mengaku, selama libur lebaran memang terjadi kenaikan jumlah pembeli khususnya bagi pedagang baju seperti dirinya.
"Alhamdullilah, mulai bisa bernafas lah dibandingkan dua tahun lalu. Kan, kemarin itu (dua tahun lalu) dua kali lebaran tutup terus karena ada pembatasan,"ujarnya saat ditemui di lokasi pada Minggu (08/05/2022).
Ia mengatakan, pada lebaran kali ini dirinya bisa menjual hingga 80 pakaian per hari dengan harga mulai Rp20 ribu-100 ribu per pakaian.
Baca juga: Candi Borobudur Masih jadi Favorit Wisatawan Selama Libur Lebaran 2022
Angka tersebut cukup baik, bila dibandingkan pada hari biasa yang hanya bisa menjual paling kuat 7 pakaian saja.
"Memang kalau dibandingkan sebelum pandemi masih jauh, dulu (sebelum pandemi) sehari bisa 200 pakaian. Tetapi, tetap bersyukur mulai ada harapan semoga bisa terus berlanjut dan berangsur kembali normal,"harapnya.
Serupa, penjual suvenir kacamata di kawasan destinasi wisata Candi Borobudur pun turut kecipratan rezeki pada libur lebaran tahun ini.
Salah satunya Supangat (47). Ia mengatakan, selama lebaran setiap harinya sekitar 30 kacamata terjual.
"Harganya, bervariasi mulai dari Rp20 ribu sampai Rp75 ribu, tergantung jenisnya,"ucapnya.
Ia menambahkan, pada lebaran kali ini dirinya mulai lagi kembali berjualan.
Sebelumnya, selama dua tahun dirinya terpaksa berhenti berjualan dan mencari pekerjaan sampingan lainnya.
"Saya baru jualan lebaran ini. Dua tahun lamanya berhenti, karena tidak ada pembeli. Beralih ke pekerjaan lain terkadang kuli atau jualan di pasar juga,"ujarnya.
Ia pun berharap,adanya kelonggaran aturan terhadap destinasi wisata bisa terus berlanjut.
Agar, pedagang-pedagang kecil seperti dirinya yang hanya bergantung pada kunjungan wisatawan bisa terus bertahan.
"Berharap bisa terus bergerak seperti ini. Karena, kalau seperti dulu-dulu lagi ya tentunya kami paling sulit (bertahan),"terangnya. (Tribunjogja)