TRIBUNJOGJA.COM - Pemkab Sleman mulai menggodok kegiatan tarawih keliling (tarling) yang bakal dilaksanakan di bulan Ramadan 2022.
Kegiatan ini rencananya akan diaktifkan kembali setelah tahun lalu tidak ada.
Pertimbangannya, karena kasus Covid-19 di Bumi Sembada dinilai sudah mulai melandai.
"Masih kami godok, sih. Minggu ini sedang berkoordinasi dengan semua institusi untuk persiapan Ramadan. Kalau menurut Bupati, tarawih keliling akan dimulai. Karena peraturan Kemenag sudah dibolehkan tarawih berjemaah di masjid. Jadi, kemungkinan proses bisa terjadwal bupati tarawih keliling," jelas Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Sleman, Shavitri Nurmala Dewi, Senin (21/2/2022).
Menurutnya, teknis detail kegiatan ramadan akan dibahas dalam rapat komunikasi pimpinan (rakopim) di tanggal 24 Maret.
Termasuk, mengenai ketentuan dan syarat apa saja yang diperbolehkan ikut dalam kegiatan tarling.
Disinggung kegiatan pasar sore Ramadan yang biasanya digelar masyarakat, Shavitri mengatakan, kemungkinan tidak ada larangan.
Sama seperti tahun lalu.
Sebab, pihaknya tidak mau menghentikan orang dalam mencari rezeki. Asalkan, diatur jaraknya sesuai prokes Covid-19.
“Diatur jarak dan prokes serta tetap dari panewu dan kalurahan itu mengawasi. Tahun kemarin di Maguwoharjo kan ada kerumunan langsung di-opyak satgas kapanewon untuk jaga jarak," tutur Shavitri.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Sleman ini mengungkapkan, kasus penularan baru di Sleman saat ini sudah mulai melandai.
Penambahan kasus harian dilaporkan masih dinamis.
Namun, rata-rata berada di angka 100 kasus per hari.
Ia berharap, menjelang bulan Ramadan kasus Covid-19 terus mengalami penurunan.
"Harapannya turun terus, kemudian landailah. Jangan lebih dari 100 (per hari) penambahannya," kata dia.
Diketahui, pada Senin (21/3/2022) Covid-19 di Sleman bertambah 71 kasus.
Dilaporkan ada satu kasus meninggal dunia dan 317 sembuh.
Sementara pada hari Minggu (20/3), kasus harian bertambah 208 kasus. Ada 309 kasus sembuh dan 6 kasus meninggal dunia.
Shavitri mengatakan, berdasarkan laporan dinas kesehatan, pasien Covid-19 yang meninggal dunia mayoritas karena memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Dia mengaku tidak mengetahui lebih spesifik mengenai data statistik pasien yang meninggal tersebut apakah sudah divaksin 1, 2, atau belum sama sekali.
Terpisah, Kepala Kemenag Kabupaten Sleman, H. Sidik Pramono menyampaikan, hingga saat ini belum ada surat edaran (SE) yang mengatur secara teknis ketentuan boleh salat tarawih berjemaan di masjid pada masa pandemi, pada Ramadan 2022.
"Belum ada (SE), nanti kalau ada saya sampaikan," kata dia.
Kesadaran prokes
Terpisah, Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, pihaknya menyadari potensi kendornya prokes ketika kasus Covid-19 mulai landai.
Walau begitu, upaya membangun kesadaran lebih ditekankan dibanding memberi sanksi bagi mereka yang dijumpai melanggar prokes.
"Kalau memang kesadarannya menurun, masih kurang, ya, dibangun lagi sekarang," jelasnya, Senin (21/3/2022).
Menurutnya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tidak melulu harus dibarengi dengan sanksi denda atau pidana.
Pasalnya, ungkap Wali Kota, hukuman terberat sebenarnya adalah tertular atau menularkan corona, seandainya mereka memilih abai terhadap prokes.
Karena itu, ia menilai pendisiplinan terhadap prokes itu yang sangat penting, melalui petugas yang disiagakan mengontrol lingkungan warga dan titik yang berpotensi muncul banyak pelanggaran.
Salah satunya, deretan objek wisata, seperti kawasan Malioboro.
"Kalau belum pakai masker, ya, dikasih masker, kita kan tugasnya melayani publik. Jadi, tidak harus mengancam dengan sanksi dan sebagainya. Saya dan Pak Wawali (wakil wali kota) kan punya tugas untuk mendisiplinkan itu," terangnya.
Ia pun memastikan, seluruh petugas yang diterjunkan di lapangan, sudah dibekali stok masker yang mencukupi.
Supaya, langkah persuasif yang ditempuh ini berjalan maksimal, sehingga tidak sebatas imbauan belaka.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Agus Winarto menyampaikan, bentuk pelanggaran yang masih sering dijumpai personelnya adalah terkait penggunaan masker.
Entah masker yang tidak dipakai dengan baik, maupun sama sekali tak memawa alat pelindung itu.
"Setiap patroli petugas selalu dibekali masker. Kalau ada wisatawan yang tidak bawa, kita berikan cuma-cuma itu. Semoga upaya ini bisa membangun kesadaran, untuk menkalankan prokes dengan baik," cetusnya. (rif/aka)
Baca Tribun Jogja edisi Selasa 22 Maret 2022 halaman 01