TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo masih melakukan pengkajian terkait penemuan tumpukan batu semacam rancak (tempat) gamelan yang diyakini oleh warga di Pedukuhan Papak, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap sebagai bebatuan kuno.
"Kita baru mau mengkaji terkait temuan batu ini. Setiap kamis kita selalu melakukan sidang dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). Kemudian diskripsikan baru kita lakukan tindak lanjutnya seperti apa," kata Niken Probo Laras, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, Minggu (29/8/2021).
Senada Tim Penyiap Naskah Rekomendasi TACB Kabupaten Kulon Progo, Danang Indra Prayudha juga belum bisa memastikan kaitannya dengan penemuan batuan tersebut
Namun, diperkirakan ornamen yang terdapat di bebatuan yang diduga warga setempat seperti rancak gamelan tersebut sama dengan ornamen nisan di makam pengikutnya Diponegoro yang ada di wilayah Dekso, Kapanewon Kalibawang, serta makam Hadiwijaya di Nanggulan.
"Kami juga sempat berdiskusi dengan ketua TACB Kulon Progo bahwa bentuk nisan seperti itu diduga berasal dari periode setelah Kerajaan Demak hingga Mataram Islam tahun 1800an. Salah satu buktinya di ornamen nisan pengikutnya Diponegoro dan Hadiwijaya. Tapi ini masih dugaan awal perlu ada kajian lebih lanjut," jelasnya.
Baca juga: Kemenkop UKM Bantu Penguatan Modal Pelaku UMKM di Kulon Progo
Menurut Danang, untuk memastikan temuan batuan itu apa dan dari periode mana pihaknya akan mendiskusikan dalam sidang yang dihadiri oleh TACB Kulon Progo dan perlu dikoordinasikan dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY.
Diberitakan sebelumnya, tumpukan bebatuan itu terkuak tanpa sengaja ketika warga sedang membersihan area pemakaman yang dipercaya sebagai makam penari sintren bernama Ledek Simplek.
Ketika warga menggali makam tersebut sedalam satu meter ditemukan pecahan sebanyak 129 batu.
Bebatuan yang ditemukan itu seperti rancak (tempat) gamelan zaman dulu. Yakni empat batu berbentuk serupa rancak saron, dua batu rancak bonang dan satu batu rancak gambang. (Tribunjogja/Sri Cahyani Putri)