Kabupaten Sleman

Evaluasi PPKM di Sleman, Masih Ada Kasus Kematian Saat Isoman

Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD kabupaten Sleman, Makwan

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif covid-19 di Kabupaten Sleman pada awal Bulan Agustus ini cenderung mengalami trend penurunan.

Kendati demikian, angka kematian yang harus dimakamkan dengan protokol Covid-19 terbilang masih cukup tinggi meski tidak setinggi pada pertengahan Juli lalu. 

Koordinator Tim Dekontaminasi dan Pemakaman Satgas Covid-19 Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan, permohonan layanan pemulasaran dan pemakaman dengan protokol covid-19 saat ini sekitar 30 orang perhari.

Jumlah ini lebih rendah dibanding pada pertengahan bulan Juli yang mencapai 50 orang perhari.

Pihaknya bersyukur karena perlahan mulai menurun.

Baca juga: Orang Tua Meninggal Terpapar Covid-19, Puluhan Anak di Sleman jadi Yatim Piatu

Namun kasus kematian saat Isoman di rumah masih kerap ditemukan. 

"Permohonan layanan pemakaman awalnya 50 orang perhari. Sekarang sudah 30. Itu kami syukuri. Tapi sekali lagi, pasien yang meninggal saat Isoman di rumah masih ada," kata Makwan, Selasa (10/8/2021). 

Ia mengungkapkan, kasus pasien meninggal saat Isolasi mandiri di bulan Agustus ini sekitar 10 orang tiap harinya.

Menurut dia, pasien meninggal saat isoman ini umumnya dari awal memang tidak mau dibawa ke selter isolasi terpadu (isoter).

Mereka memilih isolasi di rumah. Padahal saat pasien menjalani isolasi di rumah akses layanan kesehatan terbatas.

Parahnya ketika terjadi perburukan yang butuh pertolongan medis dengan segera namun pasien tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan.

Meksipun sudah ada penanganan medis namun terlambat dan meninggal dunia. 

"Karena kondisinya semakin buruk. Meksipun sudah ada intervensi dari faskes namun tetap tidak tertolong," jelas dia. 

Baca juga: Pemkab Sleman Kebut Vaksinasi Covid-19 Bagi Pelaku Wisata

Kondisi ini berbeda saat pasien menjalani isolasi di selter terpadu.

Akses ke rumah sakit bisa lebih cepat karena selter terkoneksi dengan Rumah Sakit rujukan.

Di samping itu, pasien juga didampingi oleh dokter, perawat dan tersedia oksigen serta obat-obatan.

Ia berharap pasien positif bisa masuk ke selter isolasi terpadu. 

Sebab tingkat keterisian selter Isolasi saat ini cukup rendah.

Dari 7 selter yang ada di Bumi Sembada tingkat keterisiannya hanya sekitar 30-40 persen saja.

Mayoritas pasien positif lebih memilih menjalani isolasi di rumah. 

"Harapannya masyarakat mari penuhi selter sehingga tidak terjadi klaster keluarga. Masuk isoter itu bukan dihinakan tapi dimuliakan," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman itu. 

Sekda Sleman Harda Kiswaya tidak menampik kasus kematian saat Isoman di Kabupaten Sleman memang masih tinggi.

Baca juga: Positif Covid-19, Puluhan Warga Bronggang Suruh Sleman Diisolasi ke Selter 

Meskipun angka kasus harian mulai menurun.

Menurut dia, solusi mengurangi angka kematian pada pasien Isoman ini dengan memindahkan pasien positif ke selter Isolasi terpadu.

Langkah ini sedang dimasifkan kerjasama antara Satgas Kabupaten, Kapanewon, hingga Kalurahan dan dibantu oleh TNI-Polri. 

"Kita pindahkan warga positif yang sudah melalui asesmen Puskemas dipindah ke isoter sebanyak mungkin. Kalau tidak cukup, maka ada leveling selter Kabupaten, Kapanewon dan Kalurahan," kata Harda. 

Menurut dia, sudah ada tim dari Puskemas yang bertugas melakukan asesmen.

Mana pasien bergejala dan harus isolasi di selter.

Lalu mana pasien tanpa gejala yang cukup dengan pemantaun dan boleh Isolasi di rumah.( Tribunjogja.com )

Berita Terkini