Mendikbudristek: Tidak Ada Perubahan SKB Soal Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Editor: ribut raharjo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nadiem Makarim

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA – Pemerintah akan memulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Juli mendatang.

Mendikbudristek Nadiem Makarim memastikan tidak ada perubahan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

Menurut Nadiem, SKB tersebut menetapkan batasan untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) PTM terbatas.

“Tidak ada perubahan dalam SKB, yang menuangkan aturan maksimal. Sekolah bisa menerapkan PTM terbatas dengan sedikit demi sedikit," ujar Nadiem melalui keterangan tertulis, Kamis (10/62021).

Disebutkan, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memberikan contoh praktik baik dalam melaksanakan PTM terbatas.

Di mana satuan pendidikan dapat mengatur satu kelas hanya diisi 25 persen murid, kegiatan belajar mengajar hanya dua jam sehari, dan satu minggu hanya dua kali pertemuan.

Menurut Nadiem, pernyataan Jokowi tersebut sangat tepat dengan menekankan PTM terbatas.

"Apa yang Bapak Presiden sampaikan pada Senin (7/6) lalu benar bahwa pembelajaran yang kita upayakan bersama adalah tatap muka terbatas. Sekali lagi, terbatas,” tekan Nadiem.

Sekolah, menurut Nadiem, boleh melakukan PTM terbatas dengan durasi belajar dan jumlah murid berbeda selama mengikuti protokol kesehatan. Serta di bawah batas maksimal yang tercantum dalam SKB Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

"Contohnya seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden. Sekolah yang sudah atau dalam proses," kata Nadiem.

Seperti diketahui, sekitar 30 persen satuan pendidikan telah melakukan PTM terbatas sesuai situasi dan kondisinya masing-masing.

Sebagian baru memulai PTM terbatas beberapa bulan terakhir, ada pula yang sudah melakukan PTM terbatas sejak tahun lalu.

Dukungan Kak Seto

Pada bagian lain, psikolog yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mendorong terbentuknya komunikasi yang efektif antara orang tua dan pihak sekolah jelang PTM terbatas di tahun ajaran 2021-2022.

Ia tak memungkiri masih ada orang tua yang khawatir PTM meski dengan protokol kesehatan yang ketat.

Namun, materi pembelajaran jarak jauh (PJJ) terkadang terlalu akademik dari pagi sampai siang, sehingga sangat tidak efektif atau kontra produktif.

"Saya kira yang paling utama justru komunikasinya. Memang harus ada komunikasi yang sangat efektif antara sekolah dan orang tua. Tidak sekedar massal, kalau perlu individual, bisa dengan zoom WhatsApp dan lain sebagainya," kata Seto di dialog produktif Kominfo, Kamis (10/6.2021).

Menurutnya, orang tua tentu saja khawatir jika tidak ada informasi yang jelas mengenai kondisi atau kesiapan sekolah, sehingga yakin. Karena orang tua akan selalu mengedepankan hak, keselamatan, dan kesehatan anak.
Apalagi saat ini, kasus Covid-19 tengah meningkat dibeberapa daerah.

"Mohon juga dipahami kondisi ini, dengan informasi, diskusi, atau mungkin menampung masukan dari orang tua yang mungkin terlupa oleh pihak sekolah," ujarnya.

Kak Seto mengatakan kunci utama pembelajaran sebenarnya bergantung pada sistem.

Jika materinya terlalu akademik, di mana siswa harus menatap layar berjam-jam sangat tidak efektif.

"Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 mengatakan, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana agar peserta didik mengembangkan potensi. Bukan sekedar bak mengisi air kedalam gelas, tapi juga memunculkan sesuatu dari dalam," ujarnya. (Tribun Network/Fahdi Fahlevi/Larasati Dyah Utami/sam)

Berita Terkini