Ujang sempat memergoki preman yang tengah mengganggu anak sulungnya yang bersepeda.
Ia lantas mendaratkan bogem mentah ke perut preman tersebut hingga tak mau lagi berurusan dengan keluarga Ujang.
Selepas itu keduanya pulang ke rumah.
Saat di rumah, Fitri dan anak perempuannya pulang dan berlalu begitu saja di hadapan Ujang dengan sikap yang dingin, seolah Ujang tidak ada di sana.
Saat makan siang, tak sepatah kata pun terucap dari mulut Fitri kepada Ujang.
Ujang mencoba memulai percakapan dengan anak-anak mereka dengan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan anak-anaknya.
Pertanyaan selanjutnya diarahkan kepada Fitri selaku istri dan bunda dari kedua anak Ujang.
Fitri menjawab dengan dingin bahwa biasanya Ujang pulang tak membawa apapun untuk dirinya.
Mendengar jawaban Fitri, Ujang pun mengatakan bahwa mulai sekarang akan membiasakan diri untuk membawakan oleh-oleh untuk istri dan anak-anaknya.
Mendengar jawaban Ujang, fitri nampak terkejut dan merasakan suatu pertanda baik akan terjadi di rumah tangga mereka.
Kisah Cinta Ujang dan Istri
Hubungan Ujang dan istrinya diketahui dari curahan hati Ujang kepada Cecep (Abenk Marco).
Ujang mengaku menikah di usia muda, yakni ia yang masih berusia 22 tahun dan sang istri 19 tahun.
Orangtuanya meminta keduanya segera menikah karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena keduanya selalu pergi berdua.
Kebahagiaan masa pacaran ternyata tak terbawa saat keduanya berumah tangga.