KISAH Hidup ADOLF HITLER, Atas Hasutan Borman, Goering Ditangkap Pasukan SS

Penulis: Setya Krisna Sumargo
Editor: Iwan Al Khasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret tak bertanggal Kanselir Nazi Jerman Adolf Hitler (1889-1945).

Hari kemarahan, amuk, jengkel, bingung, ketidakberdayaan itu berlalu. Menambah muram suasana bunker Sang Fuhrer. Adolf Hitler menolak pergi ke pegunungan Jerman Selatan, lokasi yang dianggap relative lebih aman dari terjangan pasukan Rusia maupun Sekutu. Pria yang semakin rapuh itu bertekad apapun yang terjadi, ingin memimpin pertahanan kota Berlin yang sudah compang-camping.

Adolf Hitler (IST)

Baca juga: HARI-HARI AKHIR ADOLF HITLER: Sang Fuhrer Menjerit di Bunker Saking Marahnya

Kepada Jenderal Jodl dan Keitel, Hitler memerintahkan keduanya bekerjasama dengan Herman Goering, yang sudah tiba di Munich setelah meninggalkan bunker malam sebelumnya.

Hitler merasa yakin, Goeringlah yang mampu menangani situasi jika harus terjadi perundingan damai dalam situasi terdesak.

Heinrich Himmler, Kepala Gestapo Nazi, berada di Bohenleychen, barat laut Berlin.

Orang ini ternyata sudah punya rencana sendiri, yang disimpannya rapat-rapat.

Kelak akan diketahui, Himmler ternyata sudah berusaha menjalin kontak damai ke Sekutu, lewat perantaraan orang Swedia.

Pembantu Himmler, Obergruppen Gottob Berger mendesak bosnya bergegas ke Berlin.

Tapi Himmler tampak enggan menemui Sang Fuhrer. Berger berangkat sendirian menembus pengepungan kota.

Bom dan mortar Rusia sudah berledakan di sekitar istana Berlin, saat Berger tiba di bunker.

Ia terkejut mendapati Sang Fuhrer secara fisik sudah tampak seperti rongsokan.

Mentalnya patah putus asa. Kepada Berger yang menemuinya, Hitler memaki semua orang yang meninggalkannya, termasuk angkatan perang Jerman.

Ia memekik-mekik hingga matanya melotot, berubah warna jadi ungu kebiru-biruan.

Di mata Berger, Hitler nampak seperti mau semaput.

Pada 23 April 1945, atau 76 tahun lalu pada hari sekarang, Jenderal Koller meninggalkan bunker.

Ia hendak mengurus Luftwaffe. Alasan lainnya, ia sudah tak tahan terus dimaki dan dihina-hina sepanjang hari oleh sang Fuhrer.

Pagi-pagi buta, Koller terbang menggunakan pesawat pemburu ke Munich, menemui Goering.

Goering tampak ragu. Ia sangat berhati-hati, menganggap bisa jadi pesan Hitler agar ia mengambilalih kepemimpinan itu sebuah jebakan yang bisa mencelakainya.

Goering paling waswas terhadap Martin Borman, sekretaris partai Nazi. Orang itu dianggapnya culas, berbahaya, dan rival politik paling sengit.

Berunding di antara para pembantu kepercayaannya, Goering berpikir keras.

Jika ia bertindak (berunding), akan dianggap pengkhianat. Jika ia diam, maka akan dituduh tidak berbuat sesuatu di saat-saat gawat.

Ia memanggil Hanna Lammers, sekretaris istana yang sudah berada di Berchtesgaden.

Ia mendapat salinan dekrit Hitler 29 Mei 1941, yang menentukan jika Hitler mati maka penggantinya Goering.

JIka Hitler tidak mampu bertindak, Goering akan mengambilalihnya sebagai deputi. Ia lalu memutuskan mengirim telegram ke Sang Fuhrer.

Isinya sangat hati-hati. Di saat sama, Himmler ternyata bertemu Count Bernadotte dari Swedia di Luebeck, wilayah Baltik.

Keduanya membahas hal serius. Himmler merasa Hitler sudah pasti bakal menemui ajalnya dalam satu dua hari di Berlin.

Karena itu ia merasa sudah menggenggam kekuasaan Jerman.

Himmler mendesak Bernadotte agar menghubungkannya ke Jenderal Eisenhover untuk penyerahan kedaulatan tentara Jerman ke Sekutu.

Sementara front timur, Himmler menyatakan perang akan terus dilanjutkan hingga kekuasaan barat mengambilalih front timur.

Bernadotte meminta Himmler menulis permintaan itu di kertas. Pemimpin Gestapo itu tidak ragu menuruti permintaan diplomat Swedia itu.

Di Berlin yang terkepung, Hitler masih bisa berkomunikasi dengan sebagian menteri dan perwira-perwiranya yang masih loyal.

Komunikasi menggunakan saluran radio yang lemah. Albert Speer, Menteri Persenjataan yang seorang arsitek, mendatangi bunker Hitler pada hari genting itu.

Menggunakan pesawat kecil, Speer mendarat di dekat istana Berlin yang porakporanda. Ia menemui Sang Fuhrer, dan mengakui kesalahan menolak perintah Hitler agar dilakukan bumi hangus Jerman.

Hitler tidak marah, dari yang seharusnya ia murka. Banyak yang menyaksikan Adolf Hitler pada hari itu tampak lebih tenang.
Albert Speer termasuk teman masa mudanya.

Ia kenal sejak lama, dan menganggapnya sebagai sahabat. Di bunker itu, Speer menyaksikan saat Martin Borman menyerahkan telegram Goering.

Pakar persekongkolan itu sudah mengemas pesan Goering dan membubuhi informasi ke Hitler pesan Goering itu sebagai ultimatum.
Sang Fuhrer kembali meledak kemarahannya.

Ia memaki Goering sebagai pengkhianat, pendusta, korup dan segala sumpah serapah lainnya.

Albert Speer menyaksikan semuanya itu. Borman, musuh Goering, sukses menghasut dan memutarbalikkan fakta.
Sempat tenang, emosi Hitler kembali terguncang.

Ia membuat pesan telegram yang akan dikirim balik ke Goering.

Hitler mengatakan siapa dan apapun langkah perundingan yang dilakukan, dan apapun hasilnya, ia menyerahkan ke Goering.

Meski ada nada tenang, sejurus kemudian atas hasutan Borman, Hitler membubuhkan pesan Goering sudah berkhianat.

Hasilnya, hukuman mati atasnya.

Hitler meminta Goering melepaskan semua jabatan dan kekuasaannya.

Borman belum puas. Ia mengirimkan radiogram ke markas pasukan SS di Berchtesgaden.
Isinya perintah agar Reich Marshal Goering dan semua pembantu terdekatnya, termasuk Hanna Lamers, ditangkap.

Perpecahan semakin terbuka. Persaingan sesama pembantu Hitler bertambah sengit. Sementara pasukan Rusia kian mendekati Berlin. (Tribunjogja.com/xna)

*) Cerita disarikan dari buku “The Last Days of Third Reich : William Shirer (1960)

Berita Terkini