Sehingga, Pancasila tidak sekadar menjadi jargon semata, namun nilai-nilai luhur yang terkandung sama sekali tak diresapi.
"Jangan sampai Pancasila itu menjadi pelabelan saja. Satu kelompok melawan kelompok lain. Justru Pancasila sebagai melting pot, konsensus bersama yang mengakomodasi berbagai keragaman," tandas AHY.
Ketiga, komitmen untuk menjaga nilai-nilai keagamaan dan etika di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.
Menurutnya, baik Muhammadiyah, maupun Demokrat, berkeinginan Indonesia bisa terus mengedepankan keluhuran demi menjaga jati dirinya.
"Walaupun kita tahu, di tengah perkembangan zaman dan teknologi luar biasa, tadi saya katakan, post-truth politics, politik yang didasarkan pada kebohongan yang diulang-ulang dan sangat mudah dianggap sebagai kebenaran, menghasut masyarakat," katanya.
Terakhir, atau yang keempat, kedua belah berbicara soal persatuan dan kemajuan Indonesia sebagai negara majemuk.
Ia mengatakan, Indonesia harus belajar dari fenomena yang menimpa negara di belahan dunia lain, yang kini runtuh akibat perbedaan yang dieksploitasi.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di DI Yogyakarta Saat Bulan Ramadhan Rencananya Digelar Pada Pagi Hari
"Pernah jadi negara besar, lalu runtuh karena perbedaan yang dieksploitasi secara berlebihan. Perseteruan antar kelompok, pertentangan antar identitas, harus dicegah. Jangan sampai menjadi benih konflik yang berakibat perpecahan di Indonesia," ucapnya.
Hanya saja, dalam kesempatan tersebut, AHY enggan berkomentar mengenai sengkarut polemik yang menerpa partai besutannya akhir-akhir ini.
Menurutnya, Kantor PP Muhammadiyah bukanlah tempat yang tepat untuk membahas perpolitikan tanah air.
"Untuk itu di tempat lain saja. Saya menghormati Kantor PP Muhammadiyah, harus kita jaga. Jangan seolah-olah masuk ranah politik praktis," ungkap AHY.
"Setelah ini saya lanjutkan kegiatan. Tentu konsolidasi, ya, dengan para kader di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," pungkas AHY, sembari meninggalkan lokasi sekitaran pukul 14.05 WIB. (aka)