Arief menjelaskan, RSA UGM berbeda dengan banyak RS lainnya karena membawa nama akademik atau RS pendidikan. Menurutnya, di negara-negara maju RS pendidikan adalah RS terbaik.
"Rumah sakit terbaik itu adalah teaching hospital, seperti di Singapura, Korea, Amerika, dan Jepang. Di Indonesia pun di standar akreditasi RS ada standar bahwa RS pendidikan mutunya tidak boleh turun, artinya harus lebih baik dari RS lain," terangnya.
Sebab, lanjutnya, RS pendidikan merupakan tempat bagi para ahli. Sumber daya manusia yang bekerja sudah sangat potensial. Selain itu, RS pendidikan dituntut untuk menggunakan bukti ilmiah terbaru dan terbaik.
“Dengan begitu, RSA diharapkan harus menunjukkan kita sebagai RS yang memberikan layanan terbaik kepada pasien," sambungnya.
Tak lupa Arief mengucapkan terima kasih kepada masyarakat, terutama para mitra RSA UGM.
Pasalnya, RSA UGM tidak bisa bangkit dan berjaya bila dilakukan sendiri, sehingga harus bersinergi bersama-sama.
“Eksternal kami alhamdulillah bersinergi dengan para mitra, baik dari instansi pemerintah, swasta, masyarakat, serta tentu saja juga dari media," tandas Arief.