Erupsi Gunung Merapi

BPPTKG Sebut Kubah Lava Gunung Merapi Terus Tumbuh

Penulis: Maruti Asmaul Husna
Editor: Kurniatul Hidayah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto drone yang menunjukkan jarak luncur maksimal dan titik akhir awan panas guguran Gunung Merapi sejauh 3.500 meter arah Kali Boyong dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 240 detik.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Terjadi pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi dari tanggal 28 Januari 2021 hingga 31 Januari 2021.

Hal itu terekam dalam foto kubah lava Merapi yang diunggah di akun Instagram @laharbara, Minggu (31/1/2021). 

"Terlihat pertumbuhan kubah lava. Jika terus tumbuh, mungkin dalam 2-4 hari ke depan bisa terjadi kembali awan panas guguran yang cukup besar," demikian tulis @laharbara dalam keterangan foto tersebut. 

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida pun mengonfirmasi bahwa telah terjadi pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi. Namun, menurut Hanik, pertumbuhan itu tidak cepat. 

"Ada pertumbuhan pada kubah lava, tetapi tidak cepat," kata Hanik kepada Tribun Jjogja, Senin (1/2/2021). 

Baca juga: Pekan Ketiga PSTKM, Pelanggaran Prokes Masih Tinggi, Satpol PP Sita 98 KTP

Ia melanjutkan, berdasarkan data monitoring BPPTKG, hingga saat ini tidak ada tanda-tanda akan adanya runtuhan kubah secara bersamaan. 

Adapun awan panas guguran, menurut Hanik, kemungkinan bisa terjadi dengan potensi bahaya ke sektor selatan-barat daya, dengan jarak maksimum 5 km. 

"Sampai saat ini berdasar data monitoring tidak ada tanda-tanda akan adanya runtuhnya kubah bersamaan. Awan panas guguran kemungkinan bisa terjadi dengan potensi bahaya ke sektor selatan-barat daya dengan jarak maksimum 5 km," bebernya. 

"Rekomendasi (potensi bahaya) masih sama," lanjutnya. 

Disinggung terkait volume kubah lava saat ini, Hanik belum bersedia menyampaikan karena dinilai belum ada pertumbuhan kubah lava yang signifikan. 

"Volume akan disampaikan dalam laporan mingguan karena masih belum signifikan pertumbuhannya," ungkapnya. 

Sebelumnya, Hanik menjelaskan, volume kubah lava Gunung Merapi mencapai 158.000 m3 pada 25 Januari 2021.

Berikutnya, pada 28 Januari 2021 volume kubah lava menurun menjadi sebesar 62.000 m3. 

Hal itu dikarenakan terjadi awan panas guguran yang cukup intens, yakni sebanyak 52 kali pada 27 Januari 2021 dan masih berlanjut hingga 28 Januari 2021.

"Karena lava yang keluar langsung menjadi guguran dan tidak sempat lagi membentuk kubah," terang Hanik. 

Volume Kubah Lava

Adapun sebelumnya, Hanik menjelaskan, laju pertumbuhan kubah lava per 22 Januari 2021 sebesar 19.000 m3/hari dengan rata-rata 8,6 ribu/hari (1 minggu).

Menurut Hanik, volume kubah lava tersebut masih terbilang kecil.

Sebab, rata-rata pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi pada fase-fase erupsi lainnya adalah 20.000 m3 per hari.

Sedangkan, rata-rata total volume kubah lava yang dihasilkan mencapai 3,5-4 juta m3.

"Volume kubah lava ini masih kecil, jauh lebih kecil dari tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan kubah lava Merapi itu 20.000 m3 per hari. Sedangkan, rata-rata total volume 3,5-4 juta m3," ucapnya.

Sementara itu, BPPTKG melaporkan pada Minggu (31/1/2021) aktivitas kegempaan Gunung Merapi yang terjadi di antaranya 1 kali awan panas guguran, 84 kali gempa guguran, dan 2 kali gempa hybrid/fase banyak.

Laju rata-rata deformasi atau pemendekan melalui pengamatan electronic distance measurement (EDM) Babadan sebesar 0,3 cm/hari (dalam tiga hari).

Selain itu, teramati 23 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimum 1.000 m mengarah ke barat daya (hulu Kali Krasak dan Kali Boyong).

Teramati pula 1 kali awan panas guguran dengan jarak luncur 600 m mengarah ke barat daya (hulu Kali Krasak dan Boyong).

Hanik menyampaikan, pada periode terebut asap berwarna putih, intensitas tebal dengan ketinggian 100 m di atas puncak. 

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta: Tambahan 222 Kasus Baru, Total Menjadi 22.047 Kasus Per Hari Ini

Arah Potensi Bahaya

Hanik menyatakan, Gunung Merapi saat ini masih berstatus siaga (level III).

Potensi bahaya saat ini, kata Hanik, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Hanik menyampaikan, daerah di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari.

"Diharapkan dapat berlangsung seterusnya. Namun, jika terjadi perkembangan erupsi yang mengarah ke daerah tersebut setidaknya masyarakat sudah memanfaatkan waktu yang ada dengan baik. Hal ini sesuai dengan konsep living harmony dengan Merapi," tandasnya. (uti)

Berita Terkini