Bayar dengan Doa, Pembeli di Terbakwan Bisa Bawa Pulang Bakwan Khas Pontianak Gratis Saat Opening

Penulis: Yuwantoro Winduajie
Editor: Kurniatul Hidayah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembeli berdatangan saat grand opening Terbakwan dan cukup bayar dengan doa untuk bawa pulangbakwan gratis

Juga menjaring segala masukan dari konsumen sekiranya ada kekurangan.

“Supaya orang-orang tahu dan kebetulan di hari pertama kami sepakat dari pertama membuka outlet dengan membayar pakai doa,” tuturnya.

Sebenarnya, usaha dengan label Terbakwan itu merupakan usaha sampingan.

Sebab, usaha travel yang menjadi sumber pemasukannya terdampak pandemi Covid-19.

Seperti sebagian besar pelaku industri wisata di DIY lainnya, Wira’i harus menutup sementara usahanya. Selama sembilan bulan pun dia tak memiliki pemasukan utama. Sehingga tercetuslah ide untuk berwirausaha di bidang kuliner.

“Jujur ini untuk selingan. Sampai sekarang usaha travel belum jalan. Ini untuk  memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil menunggu kondisi kembali normal,” terangnya.

Di bisnis kuliner ini, dia mampu memperkerjakan tiga orang pegawai. Ada tetangga dan satu orang rekannya yang baru lulus SMA diajak bergabung. “Jadi bareng-bareng. Juga biar merata lah,” tambahnya.

Sebelumnya, Wira’i pernah mencoba berjualan kuliner rice bowl di dekat Stadion Mandala Krida. Namun bisnisnya belum bisa dikatakan berhasil. Usahanya hanya dapat bertahan selama enam bulan. Tepatnya sejak sejak bulan Juni hingga Desember 2020.

“Mungkin belum rejeki. Bisa dibilang belum berhasil,” tandasnya.

Baca juga: Bantul Siapkan 34 Fasilitas Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19

Baca juga: Warganya Meninggal di Luar Negeri, Disnakertrans Gunungkidul Upayakan Pemulangan

Dia melanjtukan, bakwan khas pontianak memiliki karakteristik berbeda dengan bakwan pada umumnya.

Ada pengaruh masakan Tianghoa yang kental pada kuliner ini.

Pembedanya adalah jenis sayuran yang digunakan dalam campuran adonan. Juga penggunaan cetakan khusus.

“Kalau bakwan biasa kan pakai sayur kol, tauge, dan wortel. Kalau ini pakai kucai, yang biasa dipakai oleh masakan-masakan Tianghoa. Karena di Pontianak banyak saudara kita yang dari Tianghoa ya,” jelasnya.

“Kita mencoba menyerupai yang di sana (Pontianak). Terus kita ada toping pakai rebon, teri, dan peperoni. Kalau peperoni ini sebenarnya biar kekinian aja sih,” sambungnya.

Sebenarnya Wira’i ingin mengoptimalkan pembelian secara daring.

Halaman
123

Berita Terkini