Kulon Progo

Angka Kematian DBD di Kulon Progo Bertambah Satu Orang

Penulis: Sri Cahyani Putri
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nyamuk aedes aegypti

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kulon Progo bertambah satu orang.

Sehingga total kematian yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti hingga Desember 2020 sebanyak tiga orang. 

"Iya kasus kematian akibat DBD di Kulon Progo bertambah. Jadi total ada 3 orang yang meninggal. Dimana mereka berasal dari kalangan anak-anak," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Sri Budi Utami Kamis (10/12/2020). 

Merujuk data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo hingga akhir November 2020 mencatat jumlah penyakit DBD sebanyak 322 kasus dibandingkan pada tahun 2019 sebanyak 296 kasus. 

Baca juga: Masuk Musim Penghujan, Waspadai Penyakit DBD, Diare dan Leptospirosis 

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Baning Rahayujati mengatakan penambahan kasus kematian di Kulon Progo disebabkan karena keterlambatan dalam penanganan. 

"Kalau mereka segera ditangani oleh dokter pasti bakal tertolong. Mereka hanya di rumah saja dan baru ketahuan ketika sudah memasuki fase kritis hingga akhirnya meninggal dunia," ucapnya. 

"Apalagi di masa pandemi COVID-19 saat ini ya mereka enggan pergi ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) lantaran takut dikira kena COVID-19 karena gejalanya hampir sama," sambung Baning. 

Ia menjelaskan apabila seseorang digigit nyamuk Aedes Aegypti mereka akan mengalami beberapa gejala seperti flu dan demam tinggi mencapai 40°C yang bertahan selama 2-7 hari. 

Baca juga: Musim Penghujan, Potensi Penyakit DBD dan Leptospirosis di Kulonprogo Meningkat

Selain itu, pasien juga bisa mengalami sakit kepala, muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, mual dan muntah maupun nyeri otot di persendian. 

Selama 3-7 hari, sejak gejala pertama kali muncul tubuh akan terasa membaik. 

Namun sebenarnya rentang waktu tersebut merupakan fase kritis DBD. 

"Masa inkubasi DBD ini memang sulit dikenali karena tidak menunjukkan gejala apapun sehingga penderita tidak menyadari bahwa mereka sudah terinfeksi DBD," kata Baning. 

Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap penyakit DBD. 

Masyarakat dapat melakukan pencegahan dengan 3M diantaranya mengubur atau mendaur ulang sampah, menutup seluruh tempat penampungan air dan rajin menguras dan membersihkan bak mandi setidaknya seminggu sekali. ( Tribunjogja.com ) 

Berita Terkini