Dari pemantauan gas CO2 Gunung Merapi bulan ini, Hanik mengungkapkan pemantauan gas dari stasiun VOGAMOS (Volcanic Gas Monitoring System) di Lava1953 menunjukkan nilai gas CO2 (ppm) dengan interval waktu setiap ±3 jam untuk pengambilan data.
"Selama awal bulan ini hingga tanggal 20 November konsentrasi CO2 menunjukkan nilai yang cukup konstan, yaitu rata-rata 525 ppm."
"Setelah periode tersebut hingga akhir bulan ini menunjukkan peningkatan hingga nilai maksimal sebesar 675 ppm," tandasnya.
Dari hasil pengamatan dan analisis tersebut, Hanik menyimpulkan terdapat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi berupa aktivitas kegempaan internal yang mencapai 400 kali/hari.
Laju deformasi mencapai 11 cm/hari, konsentrasi gas CO2 yang meningkat menjadi 675 ppm.
Serta perubahan morfologi puncak akibat intensifnya aktivitas guguran.
"Data pemantauan ini menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan," ucap Hanik.
Ia menambahkan, status Gunung Merapi masih ditetapkan siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 km.
Baca juga: Mengintip Bilik Asmara Tempat Pengungsian Warga Terdampak Gunung Merapi
Mitigasi Bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mulai menyiapkan mitigasi bencana di wilayah barat. Dua kapanewon yang disasar adalah Kapanewon Turi dan Kapanewon Pakem.
Kasi Mitigasi Bencana BPBD Sleman, Djokolelana mengatakan meskipun saat ini kapanewon yang mendapat rekomendasi hanya Cangkringan, bukan berarti tidak ada potensi bahaya di daerah barat. Jika tidak ada ancaman awan panas, ada kemungkinan dampak lain yaitu abu vulkanik.
Menurut dia, abu vulkanik juga perlu mitigasi. Sebab hal itu juga akan mempengaruhi masyarakat.
"Kelud kemarin, kita tidak terkena dampak awan panas, tetapi ada dampak abu vulkanik. Mencontoh seperti Kelud kemarin. Jika Merapi erupsi, kan masih ada kemungkinan ada dampak abu vulkanik. Abu vulkanik mempengaruhi kehidupan masyarakat, mislanya saja saat menanam. Pasti ada perubahan. Nah itu juga perlu dipikirkan,"katanya, Minggu (29/11/2020).
Ia melanjutkan saat ini memang belum ada rekomendasi, namun demikian kesiapsiagaan harus dipersiapkan. Terlebih bagi wilayah yang dimungkinkan terdampak. Saat ada beberapa daerah yang sudah mendapatkan sosialisasi dari BPBD Sleman, terutama di Kalurahan Girikerto, Wonokerto, dan Purwobinangun.