Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemda DIY masih akan melakukan evaluasi dan pembahasan terkait wacana perpanjangan status tanggap darurat.
Seperti diketahui, saat ini Pemda DIY masih menerapkan status tanggap darurat Covid-19 periode kedua, yang akan habis masa berlakunya pada akhir Juli 2020 bulan ini.
Namun belakangan, santer dikabarkan adanya wacana perpanjangan kembali status tanggap darurat tersebut.
Hal tersebut dikarenakan fluktuasi penambahan kasus baru Covid-19 di wilayah DIY, dimana dalam beberapa waktu terakhir masih menunjukkan tren yang meningkat.
• Gugus Tugas DIY Tegaskan Satgas Covid-19 Tingkat Desa Wajib Mencatat Pemudik Saat Iduladha
• Jumlah Pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kasus Baru Bantul dan Gunungkidul
Meski demikian, kejelasan mengenai perpanjangan status tanggap darurat belum bisa diputuskan oleh Pemda DIY.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, juga telah mengundang seluruh kepala daerah untuk melaksanakan Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Pembangunan Pemda DIY, di Gedung Pracimasana Kompleks Kepatihan, Selasa (28/7/2020).
Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, seusai rapat mengatakan bahwa dalam waktu dekat sebelum berakhirnya masa tanggap darurat pada 31 Juli 2020 ini, Gubernur DIY akan melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan status tanggap darurat yang sudah berjalan.
"Kondisi sekarang kalau dirasa perlu diperpanjang ya perpanjang," ucapnya.
Aji menyampaikan bahwa kasus positif Covid-19 di DIY menjadi salah satu indikator yang menentukan status tanggap darurat.
"Pak Gubernur menyampaikan, kami membayangkan belum sampai ke peak, karena kita masih akan kedatangan mahasiswa luar kota 250-300 ribu orang," ungkapnya.
Selanjutnya, pada saatnya nanti kabupaten/kota di DIY akan membuka sekolah mulai jenjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA.
"Kita tidak boleh lengah karena itu bagian yang harus kita cermati," ucapnya.
Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY tersebut juga mengatakan, bahwa pembelajaran tatap muka harus dilakukan bertahap dimulai dari jenjang yang paling tinggi yakni perguruan tinggi dilanjutkan SMA/SMK dan seterusnya.
"Sampai sekarang belum ada keputusan memasukkan (siswa), walaupun itu mahasiswa. Belum ada satu kampus yang menyelenggarakan tatap muka karena kehati-hatian kita," tegasnya.
Sektor Pariwisata
Selain sektor pendidikan, Aji juga mengatakan terkait sektor pariwisata.
Objek wisata yang ada DIY belum sepenuhnya buka dan hingga saat ini statusnya adalah uji coba dengan menerima kunjungan skala kecil dan bukan wisatwan skala besar yang datang rombongan menggunakan bus.
"Dan kewajiban menggunakan Jogja Pass atau Visiting Jogja di semua destinasi wisata," urainya.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebenarnya menginginkan untuk menggelar launcing pembukaan pariwisata di Bali, namun karena kondisi tidak memungkinkan akhirnya dipindah ke Yogya.
"Tapi kami berkeberatan kalau launching totally open. Risiko kita besar. Saya harap bapak ibu di kabupaten/kota silahkan untuk membuka tapi secara bertahap dilihat risiko sudah dikurangi belum. Dengan Jogja Pass maupun Visiting Jogja kalau dionlinekan dengan provnsi bisa mempermudah untuk tracing. Risiko itu saya harap tidak hanya di ojek wisata tapi hotel dan juga sektor lain," beber Sultan.
• Kunjungan Wisatawan Masih Minim, Pedagang Makanan di Malioboro Sepi Pembeli
• Lonjakan Kasus Baru Covid-19 Jadi Warning Dunia Pariwisata DIY
Waspada Gelombang Kedua
Ia pun mewanti-wanti jangan sampai ada gelombang Covid-19 kedua di DIY dengan dibukanya sektor lain yakni pendidikan.
"Saya tidak mau ada pengalaman seperti di Korea Selatan, Jepang, Italia, Spanyol yang baru tiga hari dibuka diclose semua karena begitu tiga hari dibuka tambahnya tinggi. Dan itu anak-anak. Risiko seperti ini coba kita hindari dari pada kita repot di belakangnya," ucapnya.
Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu menambahkan, bahwa DIY masih harus mengantisipasi kembalinya pelajar dan mahasiswa untuk bersekolah lagi.
"Nanti di September kampus akan melaksanakan kuliahnya. Di situ juga jangan sampai terjadi nanti yang positif makin meningkat. Jadi kondisi real yang relatif rendah saat ini itu belum peak. Kita masih nunggu anak-anak kita sekolah dari PAUD sampai perguruan tinggi itu masih puluhan ribu orang. Jadi hati-hati," ungkapnya.
Meski demikian, Sultan menjelaskan bahwa pihaknya menyiapkan diri untuk kebutuhan tak terduga terkait lonjakan kasus maupun untuk antisipasi saat mahasiswa kembali menjalani aktifitasnya di DIY.
"Kita harus punya logistik yang cukup. Pengadaan saat ini, PCR dan sebagainya dengan harapan antisipasi untuk kita tidak grobyakan di tengah jalan . Jadi semua harus diantisipasi dengan baik," tutup Sultan.
( tribunjogja.com / kurniatul hidayah )