Sleman

Masyarakat Lereng Merapi Harus Paham Karakter Merapi dan Potensi Bencananya

Penulis: Santo Ari
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berita Sleman

TRIBUNJOGJA.COM - Pemerintah Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman  menguatkan pondasi untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana yang ditimbulkan dari Gunung Merapi.

Kepala Desa Pakembinangun pada Sabtu (4/7/2020) mengumpulkan aktivis dan relawan untuk merespon perkembangan terkini.

Kades Pakembinangun, Suranto memaparkan sampai saat ini pihaknya terus berpedoman dengan BPPTKG dalam memberikan informasi ke masyarakat.

Sementara di bidang kebencanaan dan kedaruratan desa, dalam waktu dekat pihaknya akan merintis padukuhan tangguh bencana.

Penjelasan BPPTKG Yogyakarta soal Kubah Lava Gunung Merapi yang Kian Mengecil, Apa yang Terjadi?

"Kami membuat padukuhan tangguh bencana di bulan Agustus. Khusus padukuhan yang ada di pinggir kali. Seperti Dukuh Duwetsari yang dekat dengan kali kuning," jelasnya.

Sementara pihaknya terus menyiapkan barak  mandiri di aula kantor desa yang berkapasitas 300 orang.

Barak yang dibangun dari anggaran pemerintah desa ini sudah dilengkapi dengan jaringan listrik, penerangan, jaringan air, kasur dan genset.

Selain sarana dan prasarana, Suranto menyebutkan bahwa hal penting lain dalam kesiapsiagaan bencana adalah kontribusi relawan.

"Relawan itu penting bagi desa, sekecil apapun informasi, mereka akan tahu. Tak hanya bencana alam, termasuk kerukunan dan kegotongroyongan. Relawan ini tak hanya relawan bencana, kita luwes karena juga ada bencana non alam," paparnya.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 di DIY 4 Juli 2020 : 4 Sembuh, Positif Tambah 1 Kasus

Menurutnya, di wilayah Pakem ini memiliki banyak potensi bencana selain erupsi Merapi, angin, kebakaran termasuk stunting dan yang terkini adalah pandemi Covid-19.

Sementara itu, Indra Baskoro, praktisi penanggulangan bencana yang juga warga Dusun Turgo Desa Purwobinangun menyatakan bahwa relawan termasuk masyarakat di sekitar lereng Merapi harus memahami karakter Gunung Merapi.

Terlebih setelah perubahan morfologi kubah lava tahun 1997.

Menurutnya modal utama untuk ketangguhan bancana adalah masyarakat lereng Merapi itu sendiri.

"Merapi memiliki banyak tipe aktivitas seperti freatik, eksplosif, awan panas letusan, awan panas guguran. Setiap wilayah memiliki karakter bencana sendiri. Kita masyarakat harus bisa mengantisipasi," jelasnya.

Setiap wilayah punya risiko berbeda-beda, misalnya di Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 yang memiliki ancaman awan panas, sedangkan di KRB 2 adalah lahar hujan.

Puncak Merapi Terkikis 19.000 Meter Kubik Pasca-erupsi 21 Juni 2020

Halaman
12

Berita Terkini