TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Al Quds Garda Republik Islam Iran, dikenal tokoh kenyang peperangan dan menempuh jalan sufistik dalam hidupnya.
Ia seorang sosok yang otentik, orisinil, cakap, moderat, loyal, rendah hati, sederhana, bisa bergaul dengan siapa saja dari semua kelompok dan golongan.
Pendapat ini dikemukakan Habib Musa al-Kdzim, satu di antara tiga penulis buku “Jalan Cinta Sang Penumpas ISIS” dalam tadarus virtual via Zoom, Selasa (19/5/2020) pagi hingga siang WIB.
Tadarusan politik internasional ini dihelat Penerbit Imania, yang memproduksi buku karya Alvian Hamzah dan Irman Abdurahhman ini.
Diskusi virtual diikuti lebih kurang 200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dimoderatori Hertasning Ichlas yang berada di Belanda.
Dua pakar Timur Tengah, Dina Y Sulaiman dan Zuhairi Misrawi hadir sebagai penanggap. Diskusi juga menghadirkan budayawan Sudjiwo Tedjo.
Dalam pengantar awalnya, Musa Kadzim mengemukakan, ia cukup lama mengamati kiprah Qassem Soleimani, yang dibunuh militer AS di Bandara Baghdad, 3 Januari 2020.
Pencermatannya makin intensif ketika pecah pergolakan di Suriah sekitar 9 tahun lalu. Nama Qassem makin serng muncul.
Musa Kadzim lantas mengamati pidato dan ceramah-ceramah jenderal ini. Ia mulai mengetahui betapa sosok ini hidup dalam suasana emosional dan spiritual yang puitis.
“Qassem sering mengutip puisi Rumi, Shirasi. Orang yang serig mengutip puisi ini tidak mungkin melakukannya jika ia tidak menyukainya,” kata Muza Kadzim.
• Pascapembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Pemerintah Korea Utara Sempat Larang Warga Gunakan Ponsel
• Pejabat Top CIA, Aktor Penting Pembunuhan Qassem Soleimani, Dikabarkan Tewas di Afghanistan
Kecintaannya pada literatur dan puisi, membentuknya sebagai pribadi yang cinta kasih. Tak heran, kata Musa, Qassem bisa masuk ke kelompok mana saja.
Ke Sunni, Syiah, Kristen, Yazidi, sekuler, sosialis dan kelompok mana saja. Keluwesan Qassem ini diakui banyak pihak, barat maupun timur.
Kemampuan pribadi itu membuat Qassem mampu bekerja di banyak medan konflik, termasuk Palestina, Lebanon, Yaman, Suriah, Irak , dan Afghanistan.
“Pernah suatu ketika saat perang membebaskan Raqqa (ibukota defacto ISIS di Suriah), Qassem datang naik helikopter dan memimpin langsung perang darat,” kara Musa.
“Ia memimpin kelompok bersenjata warga Kristen, yang terancam ISIS, dan mereka bisa memenangkan pertarungan. Itulah Qassem Soleimani,” lanjut editor senior di penerbit Mizan ini.
“Itulah sebabnya ketika Qassem dibunuh, gereja-gereja dan warga Kristen Suriah menunjukkan rasa dukanya. Mendaraskan doa-doa untuknya,” lanjut Musa.
Di mata Musa Kadzimi, Qassem Soleimani adalah tokoh yang berjuang demi kemanusiaan, bukan pikiran-pikiran sempit karena golongan atau pribadi.
Pendapat Musa Kadzimi ini didukung Zuhairi Misrawi, tokoh muda NU yang kerap dipanggil Gus Mis ini.
“Pak Qassem itu wajah kemanusiaan sesungguhnya,” kata Gus Mis. Menurutnya, Qassem tokoh yang siap berkorban sepanjang hidupnya.
Zuhairi Misrawi yang pernah studi di Mesir ini mengritik pemerintah Indonesia yang tidak member respon layak menyusul pembunuhan Qassem oleh militer AS.
“Saya mengritik keras pemerintah Indonesia, Kemenlu yang bersikap abu-abu menanggapi pembunuhan Qassem. Ini sangat saya sesalkan,” kata Gus Mis.
Di matanya, Qassem dan Iran sesungguhnya justru yang paling kongkret menerapkan ideology yang diperkenalkan Bung Karno.
“Iran menerapkan Demokrasi Terpimpin, gagasan yang disampaikan Bung Karno. Saya percaya itu,” tegas tokoh muda nahdliyin yang pernah jadi Timses Jokowi-Makruf Amien di Pilpres 2019.
“Maka, begitu pagi itu saya mendengar Qassem dibunuh AS, saya langsung bilang, AS salah besar,” ujarnya sembari member argumentasi.
Pembunuhan Qassem bagi Zuhairi Misrawi, tidak bias melemahkan Iran. “Iran pascaQassem justru makin kuat. Rakyatnya menyatu,” tegasnya.
Ia lalu mengingatkan pemandangan begitu epic saat proses pemakaman Qasem Soleimani sejak di Baghdad, hingga diarak di beberapa kota hingga tempat peristirahatannya yang terakhir.
Puluhan juta penduduk Iran berpawai di jalan-jalan, melayat dan mengiringkan kepergian veteran perang Irak-Iran itu.
“Hidup itu sederhana seperti diperlihatkan Qassem. Perjuangan itu tidak sia-sia, kata Bung Karno,” lanjut Gus Mis.
Tokoh muda berdarah Madura ini juga menunjukkan betapa kuatnya Iran adalah ketika ISIS melebarkan aksi dan pengaruhnya ke segala penjuru planet ini.
“Hanya Iran satu-satunya Negara di dunia yang tidak dimasuki ISIS. Ini peran Qassem, dan sekaligus ia pula yang memimpin perang mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah,” katanya.(Tribunjogja.com/xna)