Hasil Survei, Mayoritas Warga Dunia Tak Puas Cara Pemerintahnya Tangani Pandemi Virus Corona

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita mengibarkan bendera nasional Prancis bersama dengan yang lainnya di seluruh negara Prancis, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada karyawan layanan kesehatan di Saint-Mande, pinggiran kota Paris, pada 4 Mei 2020.

Pertimbangan lain termasuk ketegasan dan empati para pemimpin, terutama untuk populasi yang rentan, tambahnya.

"Dengan mempertimbangkan kriteria ini, pemerintah pusat Cina dan Vietnam sama menonjolnya seperti Selandia Baru," kata Lim.

"Jepang dan Singapura masing-masing memiliki kasus dari Diamond Princess dan situasi pekerja migran serta penyesuaian kebijakan secara konstan yang dapat menyebabkan erosi kepercayaan bahwa pemerintah berada di atas segalanya jika tidak dikomunikasikan dengan baik," katanya.

Singapura awalnya dipuji atas penanganan wabahnya, tetapi lonjakan dramatis dalam kasus-kasus di antara pekerja migran berupah rendah yang tinggal di asrama yang membantu mengirim angka infeksi melewati 20.000, telah merusak citranya.

Jepang Kewalahan Hadapi Virus Corona, Kekurangan APD hingga Penurunan Ekonomi (asianews)

Warga di negara kota memberi tanggapan pemerintah skor rata-rata 41 dari 100.

Jepang juga menghadapi gelombang infeksi baru. Di awal wabah, Jepang telah dihantam oleh 700 infeksi pada kapal pesiar yang terdaftar di Inggris, Diamond Princess, yang dikarantina di Yokohama selama sekitar sebulan sejak Februari.

Sejak itu terlihat infeksi menular ke sekitar 15.000 kasus dan Perdana Menteri Shinzo Abe pada hari Senin memperpanjang keadaan darurat nasional hingga akhir Mei.

Black mengatakan Tokyo dianggap lambat merespons dan akibatnya kepercayaan publik terhadap kepemimpinan politik menjadi rendah.

Ilustrasi suasana lockdown di Prancis. (www.news18.com)

"Peringkat rendah Jepang sejalan dengan kritik yang berkelanjutan terhadap penanganan pandemi pemerintah Abe, seperti keterlambatan yang dirasakan dalam menyatakan keadaan darurat. Bisa dibilang itu tidak lulus tes stres kepemimpinan Covid-19, ”katanya.

Survei tersebut menemukan 82 persen responden Jepang merasa negara itu terlalu terlambat dalam menanggapi ancaman Covid-19, di samping AS dan Prancis.

( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Berita Terkini