Dana yang tersisa dari donasi tersebut rencananya digunakan untuk para korban yang kini dirawat di rumah sakit.
"Sekali lagi, terima kasih atas dukungan anda. Mungkin Anda tidak menyadari bahwa dukungan itu menyelamatkan banyak sekali peserta aksi dari kelaparan, pedihnya mata terkena gas air mata, bahkan mara bahaya yang mengancam nyawa," tulisnya, mengutip akun Kitabisa.com.
Kronologi
Mengutip laporan Kompas.com, Jumat (27/9/2019), Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia Puri Kencana yang mengetahui peristiwa tersebut mengatakan, Ananda dijemput polisi dari tempat tinggalnya.
"(Pukul) 04.00 WIB, Ananda Wardhana Badudu sedang tertidur di losnya. (Pukul) 04.25 WIB ada tamu menggedor-gedor pintu kamar, lalu dibuka oleh kawan Nanda," kata Puri saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (27/9/2019) pagi.
Tamu yang berjumlah empat orang tersebut ternyata adalah penyidik Polda Metro Jaya yang dipimpin oleh polisi bernama Eko.
Eko juga sempat menunjukan kartu dan lencana polisi.
Sementara itu, tiga orang lainnya yang bersama Eko tidak menggunakan seragam dan menunjukan identitas.
Nanda dibawa ke kantor Resmob Polda Metro Jaya sekitar pukul 04.55 WIB dengan mobil Toyota Avanza Putih didampingi kawannya.
Hingga pukul 07.07 WIB, Ananda masih bErada di Polda Metro Jaya didampingi para kuasa hukumnya dari sejumlah organisasi, yakni KontraS, LBH Jakarta, LBH Pers dan Amnesty International Indonesia.
Siapakah Ananda Badudu? Pria bernama lengkap Ananda Wardhana Badudu itu merupakan mantan vokalis Banda Neira, yang merupakan grup band indie.
Band yang berawal dari keisengan tersebut ia bentuk bersama Rara Sekar, yang merupakan kakak dari Isyana Sarasvati.
Awal mula mendirikan Banda Neira, Nanda dan Rara menciptakan empat buah lagu yakni Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu.
Karya-karya tersebut mereka unggah di media sosial Soundclod dan mendapatkan banyak respons positif.
Ananda Badudu sempat bekerja sebagai wartawan Tempo dan Vice. Setelah itu, dia bergabung ke lembaga Amnesty International.