Kisah Penyamaran Rita, Lolos dari Perburuan Budak Seks Serdadu Jepang

Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II

Editor: Mona Kriesdinar
Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia
Potret Rita la Fontaine de Clercq Zubli di buku memoarnya tentang masa pendudukan Jepang 1942-45. 

TRIBUNJOGJA.com - Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945.

Di Indonesia, kisah Jugun Ianfu ini menyisakan duka yang amat dalam, terutama bagi para korbannya.

Namun apa yang dilakukan Rita, berhasil membuatnya lolos dari cengkeraman tentara Jepang yang hendak menjadikannya Jugun Ianfu.

Jugun Ianfu, Cara Keji Jepang untuk Mendapatkan Budak Seks Gratis

Kisah tersebut diungkap Rita dalam dalam sebuah buku kenangan.

“Rumah kami menghadap perairan Jambi di sepanjang Sungai Batanghari,” tulis Rita dalam buku kenangan yang berkisah ketika dia berusia 12 tahun. “Sepanjang hari kami mendengar ledakan dari gudang-gudang tempat penyimpanan minyak.”

Rita merupakan gadis Indo-Belanda yang berambut panjang berwarna cokelat tua, sulung dari tiga bersaudara.

Dia adalah anak perempuan satu-satunya. Ayahnya bertugas sebagai Kepala Post, Telegraf en Telefoondienst—kantor dinas pemerintah Hindia Belanda yang melayani pos, telegraf, dan telepon—di Jambi.

Terapis Go-Massage Diperkosa, Go-Jek akan Dampingi Korban

Setelah Semenanjung Malaya bertekuk lutut di bawah bendera Hinomaru, pada Januari 1942, Jepang memasuki kawasan Hindia Belanda.

Pemerintah kolonial pun melakukan sabotase terhadap fasilitas publik supaya tidak dapat digunakan oleh musuh. Untuk melawan pergerakan armada Jepang  tampaknya menjadi sesuatu yang berlebihan.

Kedatangan bala tentara ini telah meresahkan warga Belanda dan keturunan Belanda yang menghuni kota-kota di Hindia Belanda. Semua mengetahui bahwa para serdadu Jepang memiliki perempuan penghibur yang berasal dari warga lokal dari negara yang mereka duduki—jugun ianfu.

Para perempuan belia menjadi korban perang lantaran dipaksa melayani serdadu Jepang di rumah-rumah bordil.

Koevoets, seorang pastor Belanda, berkunjung ke rumah keluarga Rita. Dia berbicara kepada orang tuanya dan menyarankan supaya gadis itu untuk mengubah penampilannya menjadi seorang lelaki.

“Wanita yang dicari tentara-tentara itu adalah gadis-gadis muda yang belum bisa melindungi dirinya,” ujar Koevoets kepada Rita.

“Kami ingin melindungimu dari tentara-tentara yang ingin memanfaatkan gadis-gadis bau kencur sepertimu.”  

Akhirnya Rita menuruti keinginan sang pastor dan orang tuanya, meskipun dia belum memahami sepenuhnya tentang kengerian yang kelak dihadapi perempuan-perempuan di Hindia Belanda.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved