Jejak-jejak di Dalam Gua Ungkap Bencana Tsunami Purba yang Pernah Menghantam Aceh

Penulis: Mona Kriesdinar
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Tsunami

Sementara itu, gempa dahsyat yang memicu tsunami pada 2004 lalu sangat mengejutkan para peneliti. Terutama lantaran adanya kesalahan memprediksi aktivitas seismik pada lapisan bumi yang terkenal tenang selama ratusan tahun. Dan sejak terjadi gempa bumi dahsyat dalam rentang waktu 500 tahun ke belakang, tidak ada sejarah lisan yang bisa membantu untuk memahami resiko itu.

Sejak peristiwa itu pula, para peneliti mulai fokus untuk memelajari aspek-aspek kesejarahan di lokasi-lokasi yang rawan bencana. Mereka melakukan pengukuran terhadap sisa pasir, karang yang terangkat hingga pemetaan dengan menggunakan GPS.

"Temuan ini sangat penting," ucap Katrin Monecke, profesor geosains di Wellesley College Massachusetts ketika memberikan penjelasan melalui email.

Adapun dirinya telah melakukan penelitian deposit pasir tsunami yang ditemukan di daerah rawa-rawa. Namun ia sendiri tidak terlibat dalam penelitian dan temuan gua oleh peneliti dari Singapura. Temuan Katrin ini, kemudian disajikan dalam sebuah konferensi American Geophysycal Union yang digelar di San Francisco.

"Lapisan pasir di gua memberikan gambaran rentang waktu yang sangat lama, dan memberikan petunjuk yang sangat baik mengenai frekuensi gempa yang pernah terjadi," katanya.

Geolog Kerry Sieh yang merupakan direktur kelompok peneliti Singapura yang mengkaji jejak tsunami dalam gua meramalkan bahwa gempa dahsyat yang lain akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang. Gempa tersebut akan terjadi seiring dengan siklus gempa itu sendiri. Terlebih, gempa tahun 2004 lalu telah mengakibatkan adanya tekanan yang lebih besar pada titik retakan. Namun begitu, sejarah sangat bervariasi, tidak mungkin ia membuat perkiraan yang tepat mengenai kapan gempa itu akan terjadi.

"Dengan memelajari kejadian tsunami di masa lalu, mungkin kita bisa melakukan perencanaan dan mitigasi lebih matang untuk tsunami berikutnya," demikian keterangan yang disampaikan Nazli Ismail, seorang Kepala Departemen Fisika dan Geofisika Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh yang juga tergabung dalam penelitian tersebut. (mon/chinapost)

Berita Terkini