TRIBUNJOGJA.COM - Hari raya Idul Adha yang akan dirayakan Agustus 2018 mendatang, tak terlepas dari kisah kurban Nabi Ismail, oleh ayahnya Nabi Ibrahim.
Apa yang dialami Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat itu menjadi sejarah perayaan Idul Adha.
Dikisahkan sebagaimana TribunJogja.com kutip dari NU Online, Nabi Ibrahim belum juga memiliki keturunan setelah bertahun-tahun menikah dengan Siti Sarah.
Sarah kemudian mempersilakan suaminya untuk menikah dengan Siti Hajar, yang merupakan pembantu di keluarga Ibrahim.
Dari pernikahannya dengan Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail.
Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan sangat disayangi ayahnya.
Namun pada suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah seperti dikutip dari NU Jateng, Nabi Ibrahim bermimpi didatangi seseorang yang membawa pesan dari Tuhan, yang berisi perintah untuk menyembelih anaknya.
Nabi Ibrahim pun kaget dan muncul keraguan padanya, apakah perintah itu memang dari Tuhan atau tidak.
Pada 8 Zulhijah itu, Nabi Ibrahim merenung mengenai benar atau tidaknya perintah tersebut.
Di kemudian hari, kejadian mimpi ini diperingati umat Islam dengan mengerjakan puasa sunah hari tarwiyah (hari merenung).
Malam berikutnya, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi yang sama.
Pada mimpi yang kedua ini, Nabi Ibrahim semakin yakin bahwa perintah tersebut memang berasal dari Allah SWT.
Oleh karena itu pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam memperingatinya dengan puasa hari arafah (hari pengetahuan), yakni hari ketika Nabi Ibrahim mengetahui pesan yang berisi perintah menyembelih anak.
Lalu pada tanggal 10 Zulhijah, Nabi Ibrahim membawa Ismail untuk dikurbankan.
Ismail pun bersedia dikurbankan, karena meyakini bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT.