Features

Difabel Netra di Yogya Nikmati Semarak Piala Dunia Melalui Program 'Dengar Bareng Piala Dunia 2018'

Pekik suara riuh terdengar tiap kali nada penyiar mulai meninggi tanda Timnas Jerman membangun serangan

Tribun Jogja/ Hanif Suryo
40 difabel tunanetra menyimak dengan seksama laga Piala Dunia 2018 antara Jerman melawan Korea Selatan pada acara Dengar Bareng Piala Dunia 2018 di Yayasan Mardi Wuto, Yogyakarta, Rabu (27/6/2018) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM - Tersisihnya Jerman dari ajang Piala Dunia 2018 setelah takluk 0-2 dari Korea Selatan di babak penyisihan Grup F, menjadi hal yang di luar dugaan sekaligus menjadi kekecewaan bagi para pendukungnya.

Tak terkecuali bagi Alma Malik Dewantara, seorang penyandang difabel netra di Yogyakarta.

Laga hidup-mati bagi Jerman tersebut sejak menit awal diikuti seksama oleh Alma dan sekira 40 orang dari komunitas difabel netra lainnya, melalui narasi-narasi yang disampaikan melalui radio yang dihubungkan dengan pengeras suara pada acara 'Dengar Bareng Piala Dunia 2018' yang digelar oleh RRI Yogyakarta di Yayasan Mardi Wuto Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, Rabu (27/06/2018) malam.

Pekik suara riuh terdengar tiap kali nada penyiar mulai meninggi tanda Timnas Jerman membangun serangan mendekati kotak penalti Korea Selatan.

Sayang, Jerman harus pulang, prediksi Alma yang menjagokan Jerman untuk lolos pun meleset.

Ya, sebagai difabel netra Alma ternyata tak pernah ketinggalan mengupdate informasi soal sepakbola internasional.

Analisisnya soal pertandingan Jerman lawan Korea Selatan pun tak bisa diragukan, namun 'kutukan' jawara Piala Dunia tampaknya masih belum bisa terpecahkan.

"Kekuatan Jerman tentu tidak diragukan, kedalaman skuat mereka juga bisa dibilang sangat bagus, mulai dari pemain belakang, tengah, dan juga depan. Meski jagoan saya harus pulang, tapi kalau bisa dengan bareng setiap hari tentu sangat menyenangkan karena membantu difabel netra yang gemar sepapakbola," kata Alma yang tampak antusias.

"Kami sangat terbantu karena tidak bisa menonton, hanya bisa mendengar. Kalau dapat penjelasan detail seperti ini dengan atmosfer bersama-sama rasanya jauh lebih mengena serunya pertandingan," imbuh Alma.

Baginya, siaran radio yang menjelaskan dengan detail jalannya pertandingan sepakbola menjadi andalan menikmati sebuah laga.

Ketegangan sepanjang pertandingan bukan hanya dirasakan oleh Alma, namun juga oleh difabel netra lainnya yang harap-harap cemas menanti gol hadir dipertandingan tersebut.

Narasi dari penyiar yang secara detail mampu mengatar pendengar layaknya merasakan ketegangan di Kazan Arena.

Atmosfer Kazan Arena memang tak bisa ditonton langsung oleh difabel netra yang berkumpul di satu ruangan yang terletak di Yayasan Mardi Wuto tersebut.

Namun ada relawan yang berusaha membantu untuk menjelaskan melalui visual dari layar proyektor yang dipasang di ruangan tersebut.

Kepala Bidang Programa Siaran RRI Yogyakarta, Yuliana Marta Doky, mengatakan RRI selaku radio publik akan mengakodomir kepentingan masyarakat, siapapun, dan dimana pun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved