Hubungan antara Autisme dan Epilepsi Berhasil Diungkap

Editor: Ari Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi sel otak

TRIBUNJOGJA.COM - Satu dari 68 anak setidaknya dipengaruhi oleh gangguan spektrum autisme (GSA) dimana gangguan ini merupakan gangguan perkembangan saraf yang sangat kompleks.

Gangguan ini ditandai dengan berbagai gejala termasuk kesulitan komunikasi dan berinteraksi.

Temuan terdahulu mengungkapkan sepertiga anak yang memiliki GSA juga memiliki epilepsi.

Hal ini berkaitan dengan gen yang bermutasi pada pasien autisme.

Alasan di balik mengapa mutasi gen dapat menyebabkan kejang telah lama menjadi teka teki di kalangan para ilmuwan dan akhirnya kini mereka tahu jawabannya.

Baca: Peringati World Autism Awareness Day, Andien Aisyah Unggah Video Unik 

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, AS, mutasi itu berperan seperti tukang kebun yang buruk di otak.

Maksudnya adalah, mutasi mengecilkan cabang-cabang neuron, yakni dendrit dan sinapsis, yang memiliki tugas menyampaikan pesan penting dan mengendalikan aktivitas otak.

Penyusutan cabang neuron tersebut menyebabkan gangguan dalam pengiriman pesan ke otak.

Dendrit merupakan cabang dari Neuron (sel-sel saraf di otak).

Sementara sinapsis adalah titik temu antara terminal akson atau neurit (jalur transmisi utama sistem saraf) neuron satu dengan neuron lainnya.

Dalam jurnal yang terbit di Molecular Psychiatry, Senin (2/4/2018), dijelaskan bahwa orang yang mengalami mutasi gen, akan membuat neuron penghambat yang seharusnya dapat menenangkan otak tidak ditumbuhi cukup cabang sehingga gagal mengkomunikasikan pesan agar membuat tenang.

Hal inilah yang menyebabkan kejang.

Ilmuwan menemukan mutasi CNTNAP2 atau catnap2 bergabung dengan gen mutasi lain, CASK, yang terlibat dalam kecacatan intelektual.

Pengobatan "Sekarang kita dapat menguji obat untuk mengobati kejang serta masalah lain dalam autisme," ujar penulis utama yang merupakan profesor psikiatri dan ilmu perilaku Peter Penzes, dilansir Science Alert, Sabtu (7/4/2018).

Halaman
12

Berita Terkini