Menguak Isi Prasasti Tlu Ron

Bendung Kuno Raja Balitung Itu Ada di Ngaliyan Widodomartani

Penulis: Setya Krisna Sumargo
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

peta keletakan lokasi bendung kuno Ngalian dan Candi Kedulan

Terjemahannya, "Diperintahlah Makudur San (g) Relam menyelesaikan saluran air (wluran) yang dulu pernah dibuat oleh San (g) Lumah di Tanar. Setahun lamanya dibuat agar air mengalir sampai tanah tegalan di Kalikalihan yang dikerjakan dengan sempurna'.

Ada dua info penting di kalimat ini. Pertama pembuatan bendung diserahkan ke seorang Makudur Sang Relam. Makudur itu jabatan penting dalam struktur administrasi kuno Mataram. Ia tokoh terkemuka yang juga biasa memimpin upacara-upacara khusus, seperti penetapan sima.

Baca: Berulang Kali Situs Kedulan, Klodangan dan Plaosan Rusak akibat Gempa

Info penting berikutnya, bendung sebelumnya berlokasi di Tanar, yang airnya dialirkan ke tegalan Kalikalihan. Nama lokasi terakhir ini menjadi petunjuk signifikan bagi Tjahjono dan Susetyo untuk mengidentifikasi lokasinya pada masa sekarang.

Dari kajian geologi, wilayah Kedulan merupakan unit morfologi dataran kaki vulkan. Ciri-cirinya, topografi datar hingga berombak, tersusun atas endapan piroklastik dan proses fluvial. Di sebelah utara dataran kaki vulkan bertemu zona tekuk lereng (break of slope).

Zona ini ditandai pertemuan sungai dan kemunculan sabuk mata air (spring belt). Dari karakteristik itu, Tjahjono dan Susetyo menyelidiki alur-alur sungai baik yang besar maupun kecil di barat maupun timur Candi Kedulan. 

Fokus pengamatan di wilayah utara candi, meliputi area Desa Selomartani, Bimomartani, dan Wedomartani yang berada di zona tekuk lereng. Lokasi pertemuan sungai ini sangat cocok untuk pembuatan bendung atau dam. 

Tjahjono dan Susetyo mencoba menelusuri kenampakan fisik fitur-fitur hidrologi seperti dam dan saluran air kuno di utara wilayah Kedulan. Namun akibat dampak tingginya endapan lahar yang mengubah topografi, jejak fisik dipastikan tidak akan terlihat.

Karena itu mereka membuat prediksi tapak yang logis. Dari analisa citra satelit dan peta RBI lembar Pakem, observasi awal menemukan dua nominator lokasi tapak. Yaitu bendung Krebet dan bendung Ngalian. 

Identifikasi dan perbandingan karakteristik kedua dam ini menunjukkan perbedaan signifikan. Posisi bendung Krebet sekitar 4,2 km di timur laut Candi Kedulan, sedangkan bendung Ngalian sekitar 4 km arah barat laut Candi Kedulan (Tlu Ron). 

"Di bendung Krebet kita tidak menemukan toponim mendekati petunjuk di prasasti Tlu Ron. Namun di Ngalian, ada toponimi Kalikalihan, dan ini signifikan," jelas Tjahjono Prasodjo. Kalikalihan disimpulkan sama dengan wilayah Ngalian yang sekarang.

"Bendung Ngalian sama dengan sub-das yang sama dengan Candi Kedulan, yang membentuk tinggian (interfluve) antara Kali Tepus dan Kali Bening. Orientasi jaringan irigasi yang sekarang mengarah ke tenggara, ke arah Candi Kedulan," lanjutnya. 

Meski bendung Ngalian tidak berada di percabangan sungai, observasi lapangan menunjukkan Kali Tepus pada masa kuno jauh lebih besar dari ukuran sekarang. Lebar lembahnya sekitar 90- 100 meter.

Demikianlah, prasasti Tlu Ron memberi petunjuk terkuaknya misteri bendung kuno masa Raja Balitung di wilayah Ngalian sekarang. Tjahjono dan Susetyo masih kesulitan menemukan saluran- saluran irigasi pendukungnya. 

Terlebih wilayah Ngalian sekarang terbentuk dari proses pengendapan material piroklastik yang terbawa melalui Kali Kuning, yang pernah mengubur Candi Sambisari hingga setebal 7 meter. Ketebalan kurang lebih sama mengubur Candi Kedulan.

"Karena itu masih diperlukan penelitian mendalam guna dibuat pemetaan mana saluran irigasi baru dan mana yang mengikuti jejak saluran irigasi lama. Pencitraan bawah tanah diperlukan untuk mengetahui saluran-saluran kuno air," kata Susetyo dan Tjahjono.(Tribunjogja.com/xna)

Berita Terkini