Ekonomi RI Tahun 2026 Ditargetkan 5,4 Persen, Begini Kata Ekonom UMY

Ia menilai, target tersebut bisa tercapai asal dibarengi dengan kebijakan cepat, tepat dan responsif terhadap dinamika domestik dan global.

Pixabay / Gerd Altmann
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4 persen pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

Menurut Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Nano Prawoto mengatakan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi 2,5 persen, dan nilai tukar Rp 16.500 per dolar AS merupakan target yang optimis.

Ia menilai, target tersebut bisa tercapai asal dibarengi dengan kebijakan cepat, tepat dan responsif terhadap dinamika domestik dan global.

“Stabilitas harga harus dijaga pada posisi yang stabil sehingga konsumsi domestik tetap kuat, juga upaya peningkatan investasi, belanja negara yang produktif dan penguatan ekspor,” katanya, Selasa (19/08/2025).

“Sejalan dengan itu, reformasi struktural, deregulasi dengan menyederhanakan izin usaha menjadi kunci menariknya investasi dan memperkuat ketahanan ekonomi,” sambungnya.

Selain itu, subsidi dan jaminan pasokan energi dan pangan menjadi penting untuk stabilitas harga dengan inflasi 2,5 perse. Sementara peningkatan ekspor bisa dilakukan dengan mencari tujuan pasar negara lain atau pasar non tradisional. 

Ia memperkirakan stabilitas nilai tukar antara Rp 16.500 hingga Rp 16.900 per dolar AS. Hal itu karen tarif Trump masih menjadi isu serius perdagangan dunia saat ini. 
 
Kesepakatan Indonesia dan Amerika Serikat dengan pengenaan tarif sebesar 19 persen sangat realistis dan lebih rendah dibandingkan negara lain.

Namun demikian, Indonesia harus menyesuaikan kebijakan tersebut dengan efisiensi produksi. 

Ke depan, ketidakpastian global masih akan menjadi tantangan. Terutama ketegangan perdagangan internasional dan perlambatan ekonomi China yang bisa berdampak pada kinerja ekspor dan investasi indonesia. 

“Volatilitas harga energi dan pangan juga turut mengganggu inflasi domestik. Tantangan lainnya adalah penyerapan anggaran daerah lambat dan cenderung ditumpuk di akhir tahun. Ini juga berisiko perlambatan ekonomi nasional,” imbuhnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved