Dari Overthinking hingga Penasaran, Alasan Warga Ikut Lomba Melamun di Kotagede Yogyakarta

Intan, peserta lomba melamun asal Sleman, menarik perhatian penonton saat tampil mengenakan kostum lebah dalam lomba melamun.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
LOMBA MELAMUN: Peserta lomba melamun di Benteng Cepuri, Kotagede, Yogyakarta, Senin (18/8/2025), duduk diam menatap kosong sambil berusaha menahan distraksi yang disiapkan panitia. 

“Ide awalnya memang iseng buat meramaikan 17-an dengan konsep yang nggak selalu kompetitif. Kita semua kan capek sama hal-hal yang serba cepat, kejar-kejaran. Kami pengin coba jeda. Melambat lah istilahnya,” ungkap Jati.

Lomba melamun berlangsung dalam dua fase, yakni penyisihan selama 60–90 menit (atau bisa lebih cepat jika banyak yang menyerah), lalu final dengan 20 peserta terbaik. 

“Dua puluh itu untuk semua kategori. Nanti ada juara favorit juga,” katanya.

Di tengah tradisi perlombaan 17-an yang identik dengan keringat dan riuh sorak penonton, lomba melamun justru memberi warna baru: diam, hening, dan sesekali tawa pecah ketika peserta terganggu distraksi.

Intan, peserta lomba melamun asal Sleman, menarik perhatian penonton saat tampil mengenakan kostum lebah dalam lomba melamun.

Intan mengaku tertarik mengikuti lomba ini karena ingin menyalurkan kebiasaan overthinking. 

“Ya, karena dikasih sama penyelenggara, dikasih wadah untuk overthinking," ujar Intan.

Soal pilihan kostum, ia menjawab sederhana. 

“Kenapa pakai baju lebah? Karena lucu. Lucu aja,” katanya.

Sementara itu, Ibnu, peserta asal Kulon Progo, mengaku tertarik karena penasaran, meski tidak terbiasa melamun.

“Penasaran saja, soalnya ini kan belum pernah ada lomba melamun. Sebenarnya saya enggak sering melamun, cuma ingin mencoba,” kata Ibnu.

Meski begitu, ia merasakan tantangan tersendiri ketika melamun bersama-sama dengan peserta lain. 

“Walaupun bareng-bareng gini ya, Mas, ternyata kita melamun tuh kalau terdistraksi juga. Jadi bingung, sekarang lagi melamun apa,” ujarnya.

Ibnu mengaku tidak memiliki hal khusus untuk dipikirkan saat melamun. “Nggak ada yang dilamunin. Nggak ada yang dipikirin. Jadi sekadar ngalamin bingung mau ngalamunin apa,” katanya sambil tertawa.

Bagi Ibnu, melamun bisa dimaknai sebagai bentuk perenungan. 

Ia menambahkan, alasannya ikut lomba ini murni karena ingin merasakan pengalaman baru. 

“Yang pertama itu penasaran aja, soalnya belum pernah ada. Yang kedua ya ingin. Walaupun belum tahu hadiahnya apa,” pungkas Ibnu.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved