UII Punya Dua Guru Besar Baru dari FISB dan FTI, Begini Isi Pidatonya

Subhan menyoroti fenomena ketidakpekaan pemegang otoritas terhadap perasaan dan konteks sosial terlebih saat pandemi Covid-19

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
DUA GURU BESAR: Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Ilmu Sosial Budaya (FISB) yaitu Prof. Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si (kiri) dalam bidang komunikasi publik dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Prof. Ir. Sholeh Ma’mun, S.T., M.T., Ph.D (kanan) dalam bidang rekayasa reaksi kimia heterogen. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Ilmu Sosial Budaya (FISB) yaitu Prof. Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si  dalam bidang komunikasi publik, dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Prof. Ir. Sholeh Ma’mun, S.T., M.T., Ph.D dalam bidang rekayasa reaksi kimia heterogen.

Dua guru besar ini menyampaikan pidato pengukuhan pada Kamis (14/8/2025) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII.

Dalam pidato pengukuhannya yang bertajuk Komunikasi Publik Bidang Kesehatan: Kajian Empiris dan Arah Strategis di Era Digital, Subhan menyoroti fenomena ketidakpekaan pemegang otoritas terhadap perasaan dan konteks sosial terlebih saat pandemi Covid-19 yang menandakan kurang perhatiannya pemegang otoritas terhadap komunikasi publik bidang kesehatan.

“Komunikasi publik bidang kesehatan adalah salah satu pilar vital dalam strategi komunikasi publik pemerintah, yang tidak hanya bertujuan menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk perilaku, meningkatkan kesadaran kolektif, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan bersama,” katanya.

Sayangnya, untuk konteks komunikasi publik di Indonesia, kajian komunikasi kesehatan (Health Communication) masih relatif termarginalkan di tengah bidang-bidang kajian komunikasi publik dalam dimensi politik dan ekonomi.

Padahal, di era digital, lanskap komunikasi kesehatan berkembang pesat seperti platform daring memungkinkan interaksi real-time antara otoritas kesehatan dan masyarakat, tetapi juga memicu tantangan seperti misinformasi, infodemi, dan fragmentasi narasi.

“Penguatan pondasi akademik menjadi krusial. Perguruan tinggi perlu memperkuat kurikulum dan pembelajaran komunikasi kesehatan, tidak hanya di program studi komunikasi tetapi juga melalui pendekatan lintas disiplin seperti kesehatan masyarakat, kedokteran, teknologi informasi, psikologi, dan kebijakan publik,” harap Profesor Ilmu Komunikasi UII ini.

Ditambahkan oleh Subhan, penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu memahami kompleksitas isu kesehatan dari berbagai sudut pandang. Lebih jauh, perlu dibentuk Pusat Studi Komunikasi Kesehatan (Center for Health Communication) yang berfungsi sebagai pusat riset, pelatihan, dan advokasi.

Teknologi Tangkap-Guna-Simpan Karbon: Pilar Strategis Menuju Indonesia Netral Karbon

Pada kesempatan yang sama, dalam pidato pengukuhan profesornya bertajuk Teknologi Tangkap-Guna-Simpan Karbon: Pilar Strategis Menuju Indonesia Netral Karbon, Sholeh Ma’mun menyampaikan keresahannya terhadap triple crisis yang dihadapi oleh dunia saat ini, hingga pada tahun 2023 menjadi salah satu tahun terpanas sepanjang sejarah.

“Meskipun memiliki peran penting sebagai paru-paru dunia, Indonesia juga tercatat sebagai penyumbang emisi karbon dioksida terbesar ke-7 di dunia, terutama dari penggunaan energi fosil, aktivitas industri, dan deforestasi. Untuk itu, Indonesia menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, atau bahkan lebih cepat, selaras dengan komitmen global dalam menghadapi krisis iklim,” ungkap Profesor Teknik Kimia UII ini.

Menurut Sholeh Ma’mun, salah satu senjata andalan menuju NZE adalah teknologi Tangkap-Guna-Simpan Karbon (Carbon Capture, Utilization, and Storage – CCUS), teknologi yang menangkap karbon dioksida dari industri atau pembangkit listrik.

Memanfaatkannya kembali untuk Enhanced Oil Recovery (EOR) dan pembuatan produk bernilai seperti bahan bakar, pupuk, pemadam api, minuman bersoda, dan beton ramah lingkungan, atau menyimpannya permanen di bawah tanah.

Dengan integrasi iman, ilmu, dan inovasi, CCUS dapat menjadi jembatan menuju Indonesia yang tangguh iklim, adil secara sosial, dan lestari secara ekologis yang dapat membuktikan bahwa teknologi dan nilai-nilai spiritual bisa berjalan seiring untuk masa depan bumi. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved