UII Tambah Profesor Baru di Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis

UII telah melahirkan sejumlah 56 profesor, dan saat ini yang aktif sejumlah 50 profesor tersebar di berbagai bidang keilmuan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
PROFESOR: Jabatan akademik tertinggi berhasil diduduki oleh dosen Program Studi Informatika Program Magister, Dr. Sri Kusumadewi, S.Si., M.T. di Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis yang merupakan bagian dari Informatika Medis, Selasa (12/8/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jumlah dosen Universitas Islam Indonesia (UII) dengan jabatan akademik profesor kembali bertambah.

Kali ini jabatan akademik tertinggi berhasil diduduki oleh dosen Program Studi Informatika Program Magister, Dr. Sri Kusumadewi, S.Si., M.T. di Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis yang merupakan bagian dari Informatika Medis.

Hingga saat ini, UII telah melahirkan sejumlah 56 profesor, dan saat ini yang aktif sejumlah 50 profesor tersebar di berbagai bidang keilmuan.

Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor secara simbolis disampaikan oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta, Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D. kepada Rektor UII, Fathul Wahid.

Selanjutnya, SK tersebut diserahkan oleh Rektor kepada Sri Kusumadewi. Penyerahan SK ini berlangsung pada Selasa (12/8/2025) bertempat di Gedung Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Peningkatan jumlah profesor ini menunjukkan komitmen UII dalam meningkatkan peran dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Jumlah profesor di UII sendiri berpotensi akan terus bertambah di masa mendatang. Saat ini, UII memiliki 833 dosen, dengan 295 dosen berpendidikan S3. UII saat ini memiliki 123 dosen dengan jabatan akademik Lektor Kepala, dan 79 dosen di antaranya memenuhi syarat memperoleh jabatan akademik tertinggi.

Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyampaikan bahwa Universitas Islam Indonesia berkomitmen kuat dalam memberikan dukungan penuh kepada para dosen untuk meraih jabatan akademik tertinggi.

Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program strategis yang dikolaborasikan bersama para pemangku kepentingan di lingkungan UII, baik di tingkat Universitas, Fakultas maupun Jurusan.

Beragam program stimulan telah dirancang, antara lain dalam bentuk hibah penelitian, pendampingan penulisan dan publikasi internasional, serta fasilitasi riset kolaboratif antar fakultas/jurusan dan perguruan tinggi mitra UII baik di dalam negeri maupun luar negeri.

“Inisiatif-inisiatif ini dinilai efektif dalam mendorong percepatan karier akademik dosen sesuai dengan bidang keilmuannya,” bebernya.

Sri Kusumadewi menyampaikan bahwa menjadi seorang profesor membawa banyak kewajiban.

“Seorang profesor tidak hanya dituntut untuk menghasilkan karya melalui buku atau publikasi ilmiah bereputasi. Lebih dari itu, peran profesor juga mencakup tanggung jawab menjaga dan mengembangkan kualitas perguruan tinggi,” terangnya.

Bagi dia, esensi terpenting dari perguruan tinggi, seperti pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan dakwah Islamiyah (khusus di UII), harus terus ditingkatkan. Hal ini tidak boleh diabaikan agar perguruan tinggi tetap relevan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Sri Kusumadewi menjelaskan bahwa setelah menjadi profesor, tuntutan untuk mengajar justru harus lebih baik daripada sebelumnya.

Menurutnya, membuat karya ilmiah relatif lebih mudah karena melibatkan dirinya dan tim kecil. Namun, dalam mengajar, tantangannya lebih besar karena berhadapan dengan mahasiswa yang sangat beragam.

Materi perkuliahan juga harus selalu diperbarui dan didukung teknologi serta media pembelajaran yang relevan.

Terlebih, di era sekarang, akses terhadap materi pembelajaran relatif lebih mudah, sehingga dosen dituntut untuk memberikan nilai tambah yang bermakna.

Selain itu, Cicie, sapaan akrab Sri Kusumadewi, menekankan bahwa dari sisi pengabdian kepada masyarakat, implementasi keilmuan harus selaras dengan kebutuhan masyarakat masa kini.

Ia menilai pentingnya menyiapkan berbagai unsur pendukung secara matang untuk mewujudkan esensi penting perguruan tinggi.

“Seorang profesor tidak boleh hanya terfokus pada bidang akademik semata. Peran profesor juga mencakup kemampuan menerjemahkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Seorang guru besar sejatinya tidak hanya meneliti, tetapi juga mengaplikasikan keilmuannya dalam menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. Dengan demikian, kontribusi profesor dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas,” tukasnya.

Profesor yang aktif di Pusat Studi Informatika Medis (PSIMed) UII ini berharap bidang keilmuannya dapat membantu pemerintah dalam mengintegrasikan layanan kesehatan primer. Sri Kusumadewi menjelaskan bahwa Sistem Pendukung Keputusan Klinis memiliki potensi besar untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan.

Namun, penerapannya di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesarnya adalah faktor budaya kerja dan tingkat penerimaan teknologi informasi. Tantangan serupa umumnya juga dihadapi di sebagian besar negara berkembang.

“Saya ingin punya peran dalam memanfaatkan data kesehatan yang saat ini mulai diupayakan pemerintah untuk terintegrasi,” ujarnya.

“Data ini dapat menjadi sarana penting dalam membantu proses pengambilan keputusan, terutama di bidang kesehatan,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa pemanfaatan data tersebut akan sangat berguna dalam meningkatkan efektivitas kebijakan kesehatan.

Sri Kusumadewi berinisiatif membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII).

Melalui Posbindu ini, data kesehatan setiap pegawai akan dicatat secara berkala untuk memantau kondisi kesehatan mereka dari waktu ke waktu.

Informasi yang terkumpul akan dimanfaatkan untuk melakukan skrining kesehatan secara terukur dan sistematis.

Hasil skrining tersebut dapat digunakan untuk deteksi dini, tindakan pencegahan, serta pemantauan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).

Dengan demikian, Posbindu diharapkan menjadi sarana efektif dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan sivitas akademika UII. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved