16 Tarian Adat Indonesia yang Mendunia

Tarian adat bukan hanya sekadar bentuk hiburan, melainkan media komunikasi spiritual dan sosial yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Pinterest
Mengenal, menghargai, dan melestarikan tarian tradisional sebagai identitas bangsa . 

TRIBUNJOGJA.COM - Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan kekayaan budaya yang tak ternilai, salah satunya adalah tarian tradisional

Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki ciri khas tarian yang mencerminkan nilai-nilai adat, sejarah, bahkan kepercayaan masyarakat setempat.

Tarian adat bukan hanya sekadar bentuk hiburan, melainkan media komunikasi spiritual dan sosial yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Beberapa tarian bahkan telah diakui dunia sebagai warisan budaya oleh UNESCO.

Berikut adalah 16 tarian adat ikonik dari berbagai provinsi di Indonesia yang sarat makna dan filosofi:

Pulau Sumatera: 

1. Tari Saman (Aceh)

Dikenal sebagai "Tarian Seribu Tangan", Tari Saman berasal dari suku Gayo, Aceh. 

Tarian ini ditampilkan oleh belasan hingga puluhan penari laki-laki yang duduk berbaris sambil menampilkan gerakan tangan, kepala, dan tubuh secara serempak.

Tari Saman biasa dibawakan untuk menyambut tamu penting atau pada perayaan adat.

Tahun 2011, UNESCO menetapkan Tari Saman sebagai warisan budaya takbenda.

2. Tari Piring (Sumatera Barat)

Menggunakan properti piring pada kedua tangan, tarian ini mencerminkan rasa syukur masyarakat Minangkabau terhadap hasil panen.

Gerakannya cepat dan dinamis, serta disertai musik talempong dan saluang.

Keunikan tarian ini adalah penari dapat memutar piring tanpa terjatuh bahkan menginjak pecahan kaca sebagai penutupnya.

3. Tari Tanggai (Sumatera Selatan)

Tari ini ditampilkan sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan tamu agung, penari mengenakan pakaian adat Palembang lengkap dengan siger (mahkota emas). 

Gerakannya anggun dan teratur, mencerminkan sopan santun wanita Melayu.

Pulau Jawa:

4. Tari Jaipong (Jawa Barat)

Tarian ini berkembang di daerah Karawang dan Bandung. Gerakannya enerjik, ekspresif, dan menggoda, sering digunakan dalam acara pernikahan dan festival budaya.

Musik pengiringnya terdiri dari kendang, gong, dan rebab, membentuk irama yang khas Sunda.

5. Tari Gambyong (Jawa Tengah)

Awalnya berasal dari tradisi rakyat yang kemudian diangkat ke lingkungan keraton.

Tarian ini berkarakter lembut, gemulai, dan penuh keanggunan, biasa dibawakan oleh satu atau beberapa penari wanita.

Gerakannya menggambarkan kelembutan dan kesopanan wanita Jawa.

6. Tari Bedhaya Ketawang (Yogyakarta)

Tari sakral keraton Yogyakarta ini hanya dipentaskan saat penobatan Sultan atau upacara besar lainnya.

Tarian ini dibawakan oleh sembilan penari wanita dengan gerakan lambat dan penuh makna spiritual.

Konon, tari ini merupakan bentuk persembahan kepada Nyai Roro Kidul, penguasa laut selatan.

7. Tari Topeng Cirebon (Jawa Barat)

Tari ini menggunakan topeng berbeda untuk menggambarkan karakter manusia seperti bijak, serakah, lucu, atau jahat.

Penari harus mampu menyesuaikan ekspresi tubuh dengan karakter topeng.

Biasanya ditampilkan dalam acara tradisional atau sebagai hiburan rakyat.

Pulau Kalimantan:

8. Tari Kancet Ledo / Tari Gong (Kalimantan Timur)

Merupakan tarian perempuan suku Dayak Kenyah.

Penari menari di atas gong besar sambil memakai pakaian adat berhias bulu burung enggang.

Gerakannya halus, menggambarkan kelembutan dan rasa syukur.

9. Tari Hudoq (Kalimantan Timur)

Tarian ritual khas suku Dayak yang menggunakan topeng besar menyeramkan dan kostum daun pisang atau pohon.

Ditarikan saat musim tanam padi sebagai doa untuk kesuburan dan perlindungan dari hama.

Tarian ini menggambarkan kepercayaan animisme yang masih hidup dalam budaya Dayak.

Pulau Sulawesi:

10. Tari Maengket (Sulawesi Utara)

Tari kolosal khas Minahasa ini dimainkan secara massal untuk merayakan panen dan kebersamaan. 

Menggunakan lagu-lagu daerah dan gerakan serempak, tari ini juga menjadi media pendidikan moral dalam masyarakat.

11. Tari Bosara (Sulawesi Selatan)

Tari penyambutan tamu yang berasal dari suku Bugis-Makassar.

Penari membawa wadah berisi kue tradisional di atas kepala. Gerakan lembut dan penuh keramahan mencerminkan sikap hormat masyarakat Sulawesi Selatan.

 Bali dan Nusa Tenggara:

12. Tari Kecak (Bali)

Tari dramatari ini tidak menggunakan alat musik, melainkan suara “cak cak cak” dari puluhan penari pria yang duduk melingkar.

Mengambil cerita Ramayana, tarian ini sangat populer dan menjadi tontonan wajib di Bali.

13. Tari Pendet (Bali)

Awalnya merupakan tarian pemujaan di pura, kini menjadi tarian selamat datang bagi tamu.

Gerakannya lembut, penari membawa bunga yang ditebarkan sebagai simbol penyambutan.

14. Tari Caci (Nusa Tenggara Timur)

Tarian perang tradisional suku Manggarai yang menggunakan cambuk dan perisai.

Dilakukan oleh dua pria yang saling bertarung secara bergantian. Melambangkan keberanian, sportivitas, dan maskulinitas.

Papua dan Maluku:

15. Tari Yospan (Papua)

Gabungan dari tari tradisional Yosim dan Pancar, Yospan ditarikan oleh pria dan wanita dalam suasana riang.

Musik pengiring biasanya gitar dan ukulele. Tarian ini populer dalam perayaan atau pesta rakyat.

16. Tari Lenso (Maluku)

Tarian berpasangan yang menggunakan sapu tangan (lenso) sebagai properti utama.

Simbol dari kasih sayang, kerja sama, dan keharmonisan. Tarian ini sering ditampilkan dalam acara adat dan pesta pernikahan.

Tarian adat Indonesia adalah bukti nyata kekayaan budaya dan kreativitas bangsa. Setiap gerakan bukan hanya indah dipandang, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, spiritual, dan sosial yang mendalam.

Penting bagi generasi muda untuk mengenal, menghargai, dan melestarikan tarian tradisional sebagai identitas bangsa di tengah arus globalisasi. Menjaga tarian adat berarti menjaga akar kebudayaan Indonesia.

Dengan keberagaman ini, Indonesia bukan hanya kaya secara geografis, tetapi juga secara budaya dan dunia pun mengakuinya.

(MG/Anggitya Trilaksono)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved