PSIM Yogyakarta

PSIM Bisa Berkandang di SSA, Liana Tasno: Terima Kasih Pak Hasto dan Pak Halim

Sejak awal PSIM memang memasukkan nama Stadion Sultan Agung, Bantul sebagai opsi kandang ke operator kompetisi. 

|
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA / Almurfi Syofyan
KANDANG PSIM: Direktur PSIM Yogyakarta, Yuliana Tasno saat memberikan keterangan pers pada acara temu media di Wisma PSIM, Rabu (30/7/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM - Klub kebanggaan Yogyakarta, PSIM tengah dililit persoalan kandang menjamu lawan tanding di kasta tertinggi sepak bola Tanah Air, Super League 2025/2026.

Namun kini, juara Liga 2 itu mulai mendapatkan titik terang soal kandang bermain di laga perdana yang sebentar lagi dihelat yakni Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul.

Manajemen Laskar Mataram telah berkirim surat ke I League dengan mendaftarkan nama SSA sebagai kandang. Ini dilakukan karena izin tertulis penggunakan Stadion Maguwoharjo Sleman belum juga keluar.

Direktur Utama PSIM Yogyakarta, Yuliana Tasno, mengatakan, di tengah kondisi ini, dia harus menyerahkan nama stadion kandang ke I League selaku operator liga karena kickoff kompetisi kasta tertinggi tersebut tinggal menghitung hari.

"Saya harus (segera) daftar ke LIB (sekarang I League) karena menunggu (kepastian kandang) saya, dan saya juga dimarahi semua orang," ungkap sosok yang akrab disapa Liana ini di Wisma PSIM, Rabu (30/7/2025).

Di tengah-tengah desakan untuk menentukan kandang tersebut, Liana mengaku mendapat bantuan dari Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dan sejumlah anggota DPRD sehingga bisa terhubung dengan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih.

"Saya dibantu Pak Hasto (Wali Kota Yogyakarta), teman-teman ibu-ibu DPRD perkasa itu, terus Pak Halim (Bupati Bantul), akhirnya Pak Halim menyatakan mau bantu PSIM," jelasnya.

Dia melanjutkan, sebenarnya, sejak awal PSIM memang memasukkan nama Stadion Sultan Agung, Bantul sebagai opsi kandang ke operator kompetisi. 

Selain SSA, pihaknya juga memasukkan sejumlah stadion lainnya.

"Kenapa saya proses (SSA) Bantul, awalnya saya memang bersurat ke LIB (sekarang I League) dengan nama-nama stadion ada Manahan, Kebogiro, Magelang, Mandala Krida, SSA dan Maguwoharjo. Jawaban LIB saat itu SSA tak memenuhi syarat karena lampunya kurang terang untuk standar broadcast," ujarnya.

Liana tidak patah arang. "Saya terus meyakinkan (I League) dan akhirnya diizinkan di SSA,”  jelasnya.

Sejak naik kasta, Liana terus berjuang agar PSIM tetap berkandang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sesuai dengan arahan Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Kita usahakan yang terbaik, kita nggak duduk-duduk aja ini. Pak Halim (Bupati Bantul) udah oke, dan Pak Halim menyambut baik dan dari pihak kepolisian dan lain-lainnya juga menerima dengan baik," jelasnya.

Liana mengaku juga merasa senang dengan respons Bupati Bantul Abdul Halim Muslim yang memberikan lampu hijau bagi Laskar Mataram ke Stadion Sultan Agung.

"Pak Halim luar biasa, saya nyaman dengan beliau, dibantu dengan Pak Hasto (wali Kota Yogyakarta) juga, jadi saya pikir waktunya sudah mepet, kita fokus ke SSA," ulasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved