Lampiran Cyclofemmes, Eksperimen Transpuan Melawan Ketakutan dan Dominasi Patriarkal

Seni koreografinya yang dikemas menggunakan pendekatan queer camp itu berjudul Lampiran Cyclofemmes. 

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Seniman tari Ishvara Devati saat menggelar pertunjukan di Artjog, Senin (28/7/2025) malam 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Puluhan pasang mata para audiens yang hadir di panggung pertunjukan Artjog dibuat terpukau dengan aksi koreografi seniman transpuan bernama Ishvara Devati, pada Senin (20/7/2025) malam.

Sekitar 45 menit lamanya Ishvara memperlihatkan gerak tubuh yang estetik penuh dengan makna.

Seni koreografinya yang dikemas menggunakan pendekatan queer camp itu berjudul Lampiran Cyclofemmes. 

Dengan pendekatan itu, Ishvara mengekspresikan karyanya secara subversif dan menertawakan norma-norma yang ada.

Yang menarik dari karya ini adalah Ishvara menafsir ulang figur Mak Lampir yang merupakan sosok antagonis dalam sinetron laga tahun 90-an.

Selain itu, dia juga menceritakan pengalaman sebagai transpuan dalam melakukan perlawanan terhadap norma, ketakutan kolektif dan patriarkal.

Karya ini lahir dari pengalaman Ishvara saat merasakan terapi penggantian hormon atau HRT (Hormon Replacement Therapy).

Dengan berbagai gagasan itu, seniman tari yang aktif dalam residensi di India dan Tokyo ini memperlihatkan tubuh diposisikan sebuah medan cair yang terus berubah, menjadikan dasar eksperimen memadukan antara gerak tubuh, suara dan arsip lawas dari sinetron laga Mak Lampir.

Dia memulai pertunjukan dengan gerakan meditasi yang mengisyaratkan dirinya berada didalam rahim.

Perlahan-lahan dia mulai merangkak, lalu semerawang cahaya menghujam tubuhnya yang penuh peluh.

Tak berselang lama, Ishvara lalu bangkit berdiri seolah tubuhnya bereaksi melakukan perlawanan terhadap ketakutannya.

Baca juga: Catatan Pertunjukan Body Migration, Ketika Tubuh Tafsirkan Arti Rumah

Dia lalu mulai memakai satu per satu sepatu heels warna biru gelap yang telah disiapkan. 

Ishvara kemudian berjalan layaknya perempuan anggun, menyapa para audiens.

Di tengah pertunjukan, Ishvara berganti  gaun berhiaskan manik-manik yang berkilauan.

Transpuan yang satu ini juga memakai topeng berambut panjang, serta membawa alat musik bass betot yang kerap digunakan para transpuan ketika mengamen.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved