Antikorupsi dari Hulu ke Hilir, Inspektorat DIY Gandeng Pukat UGM dan Gen Z

Ketiganya menyoroti pentingnya penguatan pengawasan internal, edukasi publik, hingga peran generasi muda

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
ANTIKORUPSI: Podcast publik bertema antikorupsi di Rumah Pesik Art & Heritage Hotel, Yogyakarta, Senin (21/7/2025). Acara yang digelar Dinas Komunikasi dan Informatika DIY ini menghadirkan Inspektur DIY Muhammad Setiadi, peneliti Pukat UGM Yuris Rezha Kurniawan, dan Dimas Diajeng DIY 2023 Maura Izzati. Ketiganya membahas pentingnya pengawasan internal, pelaporan gratifikasi, serta peran generasi muda dalam membangun budaya antikorupsi yang berkelanjutan. 

Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2024, Indonesia hanya meraih skor 37 dari 100 dan menempati peringkat ke-98 dunia, yang menunjukkan stagnasi selama satu dekade terakhir.

Lebih ironis, menurut survei Global Barometer Asia, meski 92 persen masyarakat mengaku muak terhadap korupsi, 30 persen tetap melakukan suap dalam 12 bulan terakhir.

Yuris juga mengajak generasi muda untuk aktif melawan korupsi mulai dari kebiasaan sehari-hari.

“Jangan remehkan kebiasaan bolos atau manipulasi absen. Itu bagian dari korupsi skala mikro. Kalau dibiarkan, akan membentuk mentalitas permisif terhadap korupsi skala besar,” ujarnya.

Ia mendorong pembentukan forum lintas sektor yang melibatkan mahasiswa, sektor swasta, komunitas, hingga ASN. “Indonesia butuh gerakan gugur gunung. Gotong royong adalah kunci,” tandasnya.

Suara Gen Z dalam gerakan antikorupsi turut disuarakan Maura Izzati, Diajeng DIY 2023. Dalam kesempatan yang sama, Maura menyampaikan bahwa generasi muda memiliki keunggulan dalam kampanye antikorupsi karena tumbuh di dunia nyata sekaligus digital.

“Kita bisa menyuarakan integritas melalui platform yang dekat dengan keseharian Gen Z, seperti podcast, TikTok, atau Instagram Reels,” jelasnya.

Ia mendorong penggunaan konten kreatif untuk menyampaikan pesan-pesan antikorupsi secara ringan namun kuat, misalnya dengan mengangkat istilah populer seperti “red flag” dalam organisasi.

Maura menegaskan pentingnya menumbuhkan rasa takut dan malu untuk melakukan kecurangan, serta keberanian untuk jujur meski merasa sendirian.

“Kita harus percaya bahwa saat berjalan di jalan yang benar, kita akan bertemu orang-orang yang punya nilai yang sama,” katanya.

Ia juga mengapresiasi berbagai gerakan muda yang sudah mulai memantau transparansi dana desa, anggaran organisasi, hingga membuat alat pelaporan daring.

Dengan kolaborasi lintas sektor ini—dari lembaga pengawasan, pusat kajian akademik, hingga komunitas generasi muda—gerakan antikorupsi di DIY diharapkan tidak hanya menjadi wacana, tetapi mengakar dalam praktik sehari-hari.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved