Hari Pertama Beroperasi, SRMA 19 Bantul Masih Kekurangan Sarana dan Tenaga Pengajar
Sejumlah sarana dan prasarana di SRMA 19 Bantul yang berlokasi di Sonosewu, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, masih dalam proses pendistribusian.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL – Sejumlah sarana dan prasarana di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Bantul yang berlokasi di Sonosewu, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, masih dalam proses pendistribusian.
Hal tersebut disampaikan Kepala SRMA 19 Bantul, Agus Ristanto, saat ditemui wartawan di sekolahnya, Senin (14/7/2025).
"Secara infrastruktur, persiapan sudah cukup baik. Namun, untuk sarana prasarana masih ada beberapa yang dalam proses pendistribusian," ujarnya.
Agus menjelaskan, SRMA 19 Bantul telah dilengkapi delapan asrama. Asrama putri berada di sisi timur dengan kapasitas 117 tempat tidur, sedangkan asrama putra di sisi barat berkapasitas 83 tempat tidur.
"Fasilitas dasar seperti tempat tidur, kipas, lemari, dan kamar mandi sudah tersedia. Yang belum ada hanya selimut dan bantal, yang saat ini masih dalam proses pengiriman," jelasnya.
Para siswa yang tinggal di asrama akan didampingi oleh wali asuh dan wali asrama. Berdasarkan data ploting, kebutuhan pendamping berjumlah 20 orang, namun saat ini baru sembilan orang yang tersedia.
"Karena mulai hari ini siswa mulai menginap, maka sementara kami, para guru, akan mendampingi langsung. Kami bertanggung jawab penuh terhadap keberadaan mereka di sini. Apalagi, guru juga disediakan asrama," tambah Agus.
Baca juga: Hari Pertama Sekolah Rakyat 19 Bantul Disambut Antusias Siswa dan Orang Tua
Ia juga menyebutkan bahwa siswa SRMA dapat pulang ke rumah satu kali dalam dua minggu. Kementerian Sosial akan memfasilitasi antar-jemput serta menyediakan titik kumpul bagi para siswa.
Terkait kebutuhan konsumsi, pihak sekolah akan menyediakan tiga kali makan berat dan dua kali snack setiap harinya. Jadwal makan meliputi sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, dan makan malam.
Untuk fasilitas seperti seragam dan alat tulis, Agus mengakui bahwa hingga saat ini belum tersedia. Namun, pihak sekolah akan terus mengoptimalkan penyediaannya secara bertahap.
"Awalnya direncanakan ada tujuh jenis seragam, tetapi berdasarkan data terbaru hanya enam jenis yang akan diberikan, termasuk seragam abu-abu putih, pramuka, olahraga, dan batik," terangnya.
Agus juga menyoroti masih adanya satu kekosongan tenaga pengajar, yaitu guru agama Hindu. Nama yang tercantum adalah Dwi Winarto, namun hingga kini belum dapat dikonfirmasi kehadirannya.
"Secara administratif sudah ada namanya, tapi belum ada konfirmasi. Nanti akan kami koordinasikan dengan Kanwil Kemenag," kata Agus.
Dari sisi kurikulum, SRMA 19 Bantul akan menerapkan kurikulum khusus yang merupakan perpaduan antara kurikulum nasional dan konsep Sekolah Rakyat. Kurikulum ini diklaim sudah siap untuk diimplementasikan.
Seluruh operasional SRMA didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan estimasi kebutuhan per siswa sekitar Rp48,2 juta per tahun.
"Untuk dua bulan awal, kebutuhan keuangan kami masih dibantu oleh pusat. Soal mekanisme pencairan APBN, saya tidak bisa menjabarkan detailnya karena itu ranah komunikasi langsung dengan pusat," pungkas Agus. (nei)
Dua Cara agar Bekas Pabrik Gula Ceper Klaten Jadi Lokasi Sekolah Rakyat |
![]() |
---|
Dua Siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas DIY Mengundurkan Diri Lantaran Kangen Simbah |
![]() |
---|
Mahasiswa UAJY Raih Juara 3 National Accounting Competition 2025 |
![]() |
---|
Dua Seragam Baru SRMA 19 Bantul Akan Datang Hari InI |
![]() |
---|
PRODAY 2025 UPNVY: 231 Maba Humas Jalani Orientasi Seru dan Interaktif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.