Berita Jogja Hari Ini

KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya

Akhir-akhir ini, banyak warga Yogyakarta merasakan suhu udara yang lebih dingin, terutama saat malam hari. Berikut lima fakta yang perlu kamu tahu:

Shutterstock.com
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Akhir-akhir ini, banyak warga Yogyakarta merasakan suhu udara yang lebih dingin, terutama saat malam hari. 

Meski sering dikaitkan dengan fenomena aphelion, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa dinginnya cuaca ini disebabkan oleh faktor lain. Berikut lima fakta menarik yang perlu kamu tahu:

1. Bukan Karena Aphelion

BMKG menegaskan bahwa fenomena aphelion, yakni saat Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari, bukanlah penyebab utama cuaca dingin di Yogyakarta dan sejumlah daerah di Indonesia. 

"Jadi suhu yang sifatnya terasa lebih dingin khususnya malam itu, sebenarnya sifat musiman yang karakteristiknya khas terjadi, kalau masyarakat Jawa bilangnya bediding," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam Konferensi Pers Perkembangan Cuaca Ekstrem dan Iklim secara daring, Senin (7/7/2025).

Ia mengatakan, meski terjadi pada waktu yang berdekatan, aphelion tidak memiliki hubungan langsung sebagai penyebab suhu dingin.

2. Dipicu oleh Monsun Australia

Suhu dingin yang terjadi di malam hari disebabkan oleh udara kering yang berasal dari Benua Australia. 

Monsun Australia membawa massa udara kering ke wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Pulau Jawa.

Hal tersebut menyebabkan malam terasa lebih dingin dan suhu di siang hari pun tidak terlalu panas.

"Mengenai hawa dingin yang sekarang itu sebenarnya lebih didominasi oleh kejadian yang di selatan khatulistiwa, khususnya yang di Pulau Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur. Itu karena udara kering yang dari Australia, monsun Australianya sifatnya lebih kering," tuturnya.

3. Siang Hari Juga Lebih Sejuk

Selain malam hari yang terasa dingin, suhu di siang hari pun terasa lebih sejuk dibandingkan bulan-bulan lain. 

Hal ini karena kandungan uap air di atmosfer lebih rendah, sehingga panas Matahari tidak terasa terlalu menyengat.

Baca juga: PRAKIRAAN Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini 10 Juli 2025, BMKG: Cerah, Suhu Maksimal Capai 31 Derajat

4. Aphelion Terjadi Secara Global, Tapi Tak Berdampak Langsung

Meskipun aphelion adalah peristiwa astronomi yang terjadi secara global, dampaknya terhadap suhu udara tidak terasa secara langsung di semua wilayah. 

Jika aphelion benar-benar berpengaruh terhadap cuaca dingin, maka seluruh belahan Bumi akan mengalaminya secara serentak.

5. Aphelion Bikin Bumi Jauh dari Matahari

Aphelion sendiri merupakan fenomena ketika Bumi berada pada titik terjauhnya dengan Matahari. Kata aphelion berasal dari Yunani apo yang berarti jauh dan helios yang berarti Matahari.

Bumi mengorbit Matahari dalam bentuk elips kecil. Ada saat-saat ketika Bumi berada paling jauh dari Matahari (aphelion) dan saat-saat ketika Bumi berada paling dekat dengan Matahari (perihelion).

Pada pukul 15.54 EDT hari Kamis (3/7/2025) atau 02.54 WIB pada Jumat (4/7/2025), planet kita mencapai aphelion. Bumi berada pada jarak 152 juta kilometer dari Matahari.

Meski bukan penyebab cuaca dingin di wilayah Indonesia, bukan berarti aphelion tidak berpengaruh. NASA menyebut planet-planet bergerak lebih cepat di perihelion dan lebih lambat di aphelion.

Dikarenakan titik balik Matahari bulan Juni terjadi dekat dengan aphelion, musim panas di Belahan Bumi Utara berlangsung beberapa hari lebih lama daripada musim panas di Belahan Bumi Selatan, seperti dilansir Forbes.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved