Gerakan 5000 Jugangan di Caturharjo Bantul, Bukti Nyata Upaya Olah Sampah Secara Mandiri

Lurah Caturharjo, Wasdiyanto, berujar Gerakan 5000 Jugangan ini merupakan adaptasi kearifan lokal, yakni mengembalikan sampah organik ke tanah

Dok. Pemkab Bantul
OLAH SAMPAH - Seorang warga Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, sedang membuat jugangan, Selasa (8/7/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Gerakan 5000 jugangan di Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul dinilai memberikan bukti nyata dalam upaya pengolahan sampah.

Gerakan itu sudah dimulai sejak 2020 dan terus belangsung sampai saat ini.

Lurah Caturharjo, Wasdiyanto, berujar Gerakan 5000 Jugangan ini merupakan adaptasi kearifan lokal, yakni mengembalikan sampah organik ke tanah melalui lubang-lubang atau jugangan di pekarangan warga.

Tak heran bahwa gerakan jugangan dikenal dengan nama metode 'Olah Sampah Coro Simbah'.

"Kita melihat bahwa dengan metode 'Olah Sampah Coro Simbah' yang dimanifestasikan dengan pembuatan jugangan ini ternyata bisa menyelesaikan sampah organik yang ada di masyarakat," katanya, melalui keterangan resmi Pemkab Bantul, Selasa (8/7/2025).

Ia menyebut, gerakan ini adalah bentuk nyata dari semangat kemandirian dan gotong royong warga, khususnya para kader sampah yang telah berhasil menyelesaikan persoalan sampah rumah tangga. 

Menurutnya, selain mengatasi sampah organik, jugangan juga menghasilkan kompos yang bermanfaat sebagai media tanam.

Bahkan, ke depan, pengelolaan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai unit usaha BumKal, sehingga menjadi sumber pendapatan baru bagi desa. 

"Kita juga bisa memanen jugangan untuk kita jadikan sebagai media tanam atau kompos. InsyaAllah kalau kita kelola dengan baik, ini dapat menghasilkan uang juga sehingga ini menjadi peluang bisnis bagi BumKal," ucapnya.

Baca juga: Polisi Ringkus Dua Tersangka Komplotan Penipuan Jual Beli Handphone di Bantul

Sementara itu, Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, mengapresiasi gerakan tersebut dalam mengatasi permasalahan sampah secara mandiri dan tradisional.

Ia pun berharap agar gerakan ini dapat diimplementasikan oleh kalurahan lain.

"Jika 75 Kalurahan di Bantul ini bisa menanamkan 5.000 jugangan seperti di Caturharjo, maka akan ada sekitar 375.000 jugangan. Itu berarti 70 persen masalah sampah selesai," ucap dia.

Aris juga menilai bahwa gerakan yang dilakukan oleh Kalurahan Caturharjo menjadi salah satu unsur untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Pasalnya, dari data Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup di Bantul menjadi tertinggi se-DIY.

Itu terjadi dikarenakan beberapa hal, termasuk pengelolaan sampah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

"Dan setelah jugangan diterapkan di Caturharjo, dengan sedikit teknologi yang sederhana, ternyata ini bisa menghasilkan pupuk kandang yang sangat luar biasa," tutup dia.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved