Wawancara Eksklusif

Arief Setyanto Wakil Rektor Universitas Amikom Yogya Ungkap Cara AI Pecahkan Masalah Sehari-hari

Bagaimana cara kerja AI tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dan apa yang perlu disiapkan oleh seseorang untuk berselaras dengan kemajuan zaman?

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. TRIBUN JOGJA
EKSKLUSIF - Wakil Rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Arief Setyanto (kanan) bersama reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri (kiri) di sela-sela wawancara eksklusif di Kantor Tribun Jogja. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tak hanya digunakan di bangku pendidikan atau perkejaan kantoran, namun sudah masuk ke dapur-dapur rumah warga.

Bagaimana cara kerja AI tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dan apa yang perlu disiapkan oleh seseorang untuk berselaras dengan kemajuan zaman?

Tribun Jogja berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Universitas Amikom Yogyakarta, Arief Setyanto, S.Si., M.T., Ph.D.

Wawancara yang dipandu oleh reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri dan dituliskan oleh reporter Almurfi Syofyan tersebut juga tayang di kanal youtube Tribun Jogja Official pada Kamis (3/7/2025). Berikut petikan wawancaranya;

1. Definisi AI secara awam seperti apa?

Secara awam, secara gampang mungkin begini, kalau manusia itu biasa memecahkan masalah dengan tiga langkah, pertama harus tahu sinyal masukannya apa kalau misalnya kita diberi pertanyaan kan ada masukannya lewat telinga ya.

Lalu ada soal-soal harus ambil keputusan apakah harus belok kanan atau belok kiri, itu kan ada sinyal dari mata. Kita ada panca indera. Itu tugasnya sensing. Apasih yang ada di dunia luar.

Lalu setelah ada masukan berupa visual kita harus mikir ini saya harus belok kanan atau kiri. Misal kalau belok kanan ada halangan berarti harus belok kiri, itu memikirkan tugasnya otak.

lalu setelah mikir kita lakukan aksi, misalnya goyang setir ke kanan atau menjawab memakai mulut akhirnya kita memakai organ kita untuk melakukan respon.

Hal yang sama persis dilakukan oleh mesin atau komputer karena komputer ini masuk juga di dalamnya handphone, termasuk alat-alat kecil lain,

Dia juga dibekali dengan sensing (mengumpulkan informasi dari dunia luar melalui panca indera), misalnya kalau kita punya handphone ada kameranya, otomatis kamera bisa tahu didepannya ada apa yang lewat.

Dibekali juga dengan sensing pendengaran atau mikrofon yang bisa membaca dan sebagainya. Sensing ditempel di alat-alat itu dan diberikan keterampilan juga kemampuan untuk memproses informasi yang masuk.

Lalu yang berikutnya alat-alat itu juga diberikan kemampuan melakukan aksi, misal aksinya bisa mendeteksi orang lewat seperti pada mobil canggih yang ada AI-nya bisa ngerem sendiri, itu kan aksinya.

Jadi AI (artificial intelligence) itu kata lainya akal imitasi. Jadi mengimitasi apa yang dilakukan manusia, harapannya apa yang bisa dilakukan manusia bisa juga dilakukan oleh komputer atau mesin.

2. Contoh penggunaan AI secara konkret dalam kehidupan sehari-hari seperti apa?

Contohnya yang paling mudah misal saya saat buka youtube kok tiba-tiba ada saran lagu Bonjovi, kenapa sarannya lagu-lagu Bonjovi karena saya udah agak old gitu ya, usia-usia 40 tahun ke atas, kalau teman-teman yang muda mungkin yang muncul sarannya lagu-lagu Ndar Boy atau lainnya.

Ternyata youtube juga menempelkan AI di situ dengan memprofile user sesuai dengan usianya, jadi lagu yang kemarin diputar muncul saran yang menyerupainya.

Begitu juga saat masuk ke toko online misalnya saran yang masuk ke usia saya sarung, atau sejenisnya itu lah AI. Kita secara nggak sadar juga pakai AI sebetulnya.

Sesederhana adik-adik yang mengerjakan PR soal gravitasi, lalu mengetik di google tentang gravitasi nanti muncul apa yang dibutuhkan, atau ibu-ibu yang ingin masak apa hari ini, misal rendang bisa ngetik resep rendang dan muncul beberapa pilihan resep

Memang nggak semuanya tepat karena ada beberapa pilihan dari AI karena manusia juga kadang mengambil keputusan ada pilihannya, AI juga sama.

3. Apakah jawaban yang diberikan AI selalu tepat?

AI itu sebetulnya sama dengan manusia, kenapa dia bisa ambil keputusan terkait resep rendang karena melihat semua resep rendang yang pernah diunggah user di internet, lalu AI itu kumpulin dan diambil yang kira-kira paling banyak dipakai orang, jadi dia ngambil hasil yang paling banyak dikomen, disukai atau ditonton

Apakah AI selalu tepat, jawabanya saya kembalikan ke kita. Apakah kita setiap kali masak rendang itu selalu enak, kan nggak juga. Jadi apakah AI selalu tepat jawabanya tidak ada yang 100 persen gitu

4. Dampak positif dengan keberadaan AI menurut Arief Setyanto?

Setiap teknologi pasti ada dampak positif, disaat yang sama ada dampak negatifnya juga. AI juga sama. AI itu dampak positifnya apa sih, tentunya bisa digunakan untuk peningkatan produktivitas kita, meningkatkan kinerja kita.

Tetapi dampak negatifnya karena kinerja dibantu AI, jadi kinerja itu tak semuanya hasil dari manusia, risikonya pasti ada misalnya ketika kita dapat potongan video, benar nggak sih suara dan orang dalam video itu orang yang sama.

Pernah kita lihat potongan video Donald Trump, Obama yang sebetulnya dia nggak ngomong gitu. Ini tantangan yang mesti dihadapi sehingga ada bidang ilmu di informatika yang mendeteksi sesuatu yang fake dan benar.

Selain itu juga ada penurunan kemampuan kognitif dari seseorang karena kemungkinan dari karya yang kita terima dari yang dulunya 100 persen hasil karya peserta didik atau mahasiswa sekarang nggak gitu, jadi tujuan pembelajaran membuat si subjek belajar belajar, membaca dan sintesa dilakukan oleh AI.

Memang ada tulisan lima halaman atau lebih, tapi ketika ditanyakan pada si empunya tulisan jadi bingung karena proses internalisasi ide tak terjadi di kepalanya si subjek belajar tapi di mesin, ini masalah kalau diteruskan akan terjadi penurunan kognisi sehingga kita butuh regulasi yang jelas.

5. Langkah strategis Universitas Amikom Yogyakarta untuk menghadapi tantangan di era AI?

Secara umum AI akan kita bagi jadi dua segmen pengguna.

Pertama pengguna AI itu sendiri jadi kalau ada ibu-ibu yang masak pakai AI, kemudian teman-teman arsitektur pakai software yang ada AI untuk bantu desain serta teman-teman pemerintahan dibantu AI koleksi peraturan dan analisis aturan itu bisa kita bantu juga pakai AI.

Akuntan juga bisa kita bantu pakai AI, teman-teman di akuntan biasanya pelototin satu-satu.

Nah sekarang bisa pakai AI untuk melihat laporan yang anomali. 

Nah hal-hal ini bisa dipakai, diajarkan pada prodi-prodi yang menggunakan AI sebagai fasilitas untuk mempermudah pekerjaan seperti geografi, arsitektur, perencanaan wilayah kota, akuntansi dan lainnya.

Lalu di Amikom itu juga ada segmen pembuat AI.

Misal pembuat film, itu sekarang pakai AI untuk membuat karakter, membantu membuat story nanti tinggal buat prompt di Chat GPT tolong buatkan kisah cinta Jono dan Jini, nanti pasti dibuatkan, nanti alurnya putus tiga kali di Malioboro.

Itu dibuatkan oleh AI, jadi semuanya bisa jadi script writer semuanya. Amikom kami juga punya FIK atau Fakultas Ilmu Komputer, itu adalah produsen AI-nya. Jadi bagaimana cara membuat AI-nya untuk bisa dinikmati masyarakat.

Misalnya, ada teman-teman di informatika yang kita minta buat AI khusus persoalan hukum jadi law AI.

Apa yang mereka kerjakan, jadi pertama mereka kompilasi seluruh peraturan hukum dan habis itu melatih model kalau ada pertanyaan, misal kalau mau pindah warga negara caranya gimana itu nanti keluar hasilnya.

Ada juga pembuatan mesin yang mengenalkan bahasa-bahasa daerah dan lain sebagainya.

6. Ke depanm pekerjaan kita apakah bisa digantikan oleh AI?

Setiap revolusi industri pasti akan meniadakan jenis pekerjaan tertentu tetapi juga menciptakan pekerjaan baru.

Jadi kalau ditanya meniadakan pekerjaan kita pasti sebagian iya. Tapi ada pekerjaan baru.

Misal di beberapa negara seperti di China sudah ada self driving car, jadi ada mobil yang mengendarai sendiri.

Kalau di sini banyak motor jadi belum mungkin digantikan untuk traffic.

Artinya di beberapa negara, dulunya ada pekerjaan sopir dan sekarang tidak ada karena self driving car tadi.

Jadi ada tantangan kehilangan pekerjaan tapi ada pekerjaan baru muncul.

Pekerjaan baru misalnya, dulu ada pekerjaan satpam untuk jaga outlet tapi sekarang bisa diganti mesin lewat security cyber. Jumlahnya terus naik.

Jadi ada tiga sifat pekerjaan, satu pekerjaan yang memang akan punah, pekerjaan akan terus ada tapi semakin intensif seperti dokter dan ketiga ada pekerjaan baru yang bahkan dalam lowongan 10 tahun yang lalu nggak ada akan jadi ada.

Menurut saya nggak perlu khawatir, namun yang perlu adalah upgrade diri agar sesuai dengan equipment yang baru.

7. Artinya skil yang perlu ditambah dalam menghadapi tantangan zaman?

Betul jadi keyword-nya adalah pengembangan manusianya ini yang kemudian harus dikerjakan.

 Mendidik generasi Z akan beda skilset-nya dengan generasi saya. Mendidik milenial juga beda. Ini punya requirement yang berbeda.

Yang perlu kita siapkan adalah critical thinking harus ada, kalau dulu kerja di pabrik kita diajarkan langkah satu sampai lima dan itu tak akan pernah berubah selama karir kita sebagai buruh.

Sekarang apa yang harus dikreasikan sebagai improve dari hari kemarin, sehingga yang diperlukan adalah critical thinking, berarti anak-anak yang baru lahir selalu diajarkan untuk bertanya.

Selanjutnya adaptif, karena perubahan jalan terus karena perubahan itu abadi. Yang bisa survive adalah orang yang bisa berubah.

Kemudian generasi mendatang harus punya skil digital yang mumpuni dan juga kemampuan berkomunikasi dengan khalayak dari mana saja.  (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved