Kesaksian Anak Almarhum Djumija Kartodiryo, Jemaah Haji Asal Bantul Tutup Usia di Tanah Suci

Ia hanya bisa menantikan kepulangan koper yang berisi barang-barang milik almarhum ayahnya yakni Djumija Kartodiryo (80), warga Sumbermulyo

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
KESAKSIAN: Aliman (54), anak almarhum Djumija Kartodiryo sedang menunjukkan foto Djumija Kartodiryo, saat dijumpai di Pendopo Parasamya Kantor Bupati Bantul, Kamis (3/7/2025) siang. 

TRIBUNJOGJA.COM, Bantul - Tatapan kosong terlihat dari wajah seorang laki-laki berbaju biru tua dengan peci berwarna hitam, di tengah-tengah keramaian penjemputan jemaah haji, di Pendopo Parasamya Kantor Bupati Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (3/7/2025) siang.

Laki-laki itu tak lain bernama Aliman (54), warga Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul.

Ia hanya bisa menantikan kepulangan koper yang berisi barang-barang milik almarhum ayahnya yakni Djumija Kartodiryo (80), warga Sumbermulyo, usai meninggal di Tanah Suci pada Jumat (13/7/2025) pukul 11.28 waktu Arab Saudi.

"Iya, ayah saya itu meninggal saat mengikuti rangkaian ibadah haji. Bahkan prosesi rukun hajinya sudah lancar sudah terpenuhi, tinggal menunggu keberangkatan ke Tanah Air saja sebenarnya. Namun, ya yang namanya ajal, kita tidak pernah tahu," katanya.

Aliman menyempaikan bahwa almarhum Djumija tidak memiliki penyakit tertentu selama hidup.

Apalagi saat hendak diberangkatkan ke Tanah Suci untuk mengikuti rangkaian ibadah haji, kata Aliman, Djumija tidak memiliki catatan penyakit, sehingga lolos istithaah. 

"Saat pengecekan untuk tenaga kesehatan, bapak saya itu dinyatakan sehat. Akhirnya resmi berangkat dan masuk di kloter 71 SOC. Di embarkasi Solo, bapak saya juga dinyatakan sehat. Jadi diperkenankan berangkat naik haji," tutur dia.

Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, Djumija sempat dilarikan ke rumah sakit di Arab Saudi.

Sebab, Djumija tiba-tiba sakit, diduga kelelahan. Setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Djumija sempat jalan kaki tanpa bantuan untuk mengikuti pelaksanaan tawaf haji.

"Setelah tawaf terakhir, bapak saya drop. Masuk rumah sakit lagi. Setelah dinyatakan membaik, terus bapak saya kembali ke hotel lagi. Setelah sampai hotel, ternyata drop lagi sampai akhirnya meninggal dunia," ucap Aliman.

Saat di kamar hotel, Djumija tidak tinggal sendirian. Djumija sempat dijaga oleh keluarganya yakni anak pertama, anak kedua, dan anak kelima. Sebab, meraka satu kamar dengan Djumija.

Saat berangkat ibadah haji, juga ada istri dari anak kelima Djumija. Hanya saja, istri dari anak kelima Djumija berada di kamar yang berbeda.

"Saat di Arab Saudi, saya sama saudara kembar saya juga sering telepon bapak saya. Ya seperti teleconference gitu. Memang saat itu, bapak saya tidak ada pesan apa-apa. Selama telepon ya hanya bicara soal ibadah haji dan kabar bapak dan saudara saya di sana," tuturnya.

Sayangnya, saat hari Djumija tutup usia, Aliman mengaku sempat memiliki firasat tidak enak. Ia pun sempat tidak memegang handphone dikarenakan sibuk bekerja di bidang kontruksi. Namun, tiba-tiba ia mendapat kabar dari keluarganya, bahwa Djumija mangkat.

"Hari itu, saya sudah enggak enak perasaannya. Setelah itu saya dapat telepon kalau bapak sudah enggak ada dan sempat dikirimi foto-foto bapak saya ketika dikafani. Setelah itu ya, keluarga di Bantul hanya menggelar tahlilan selama tiga hari," jelas dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved