Rasulan di Baleharjo Gunungkidul Angkat Kesenian Reog Mataram

Sejumlah kesenian tradisional khas Kabupaten Gunungkidul, turut ditampilkan,salah satunya kesenian Reog Mataram khas Kabupaten Gunungkidul.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
RASULAN: Penampilan Reog Mataram saat Rasulan di Kalurahan Baleharjo, Senin (2/6/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Masyarakat Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, merayakan tradisi Rasulan, pada Senin (2/6/2025).

Dalam perayaan hajatan tersebut, sejumlah kesenian tradisional khas Kabupaten Gunungkidul, turut ditampilkan,salah satunya kesenian Reog Mataram khas Kabupaten Gunungkidul.

Tri Widodo pelaku seni di Kalurahan Baleharjo memgatakan ditampilkannya kesenian Reog Mataram untuk mengingatkan generasi muda agar tidak melupakan budaya daerahnya.

"Setiap tahun ketika Rasulan, kami selalu membawakan Reog Mataram sebagai kesenian ini asli dari Kabupaten Gunungkidul. Agar, generasi muda tetap ingat budaya leluhurnya," terangnya.

Dia mengatakan pada Rasulan kali ini Reog Mataram membawakan cerita  tentang dua orang ksatria yang memperebutkan kekuasaan kerajaan karena adu domba. Cerita ini memiliki pesan bahwa segala sesuatu yang berasal dari niat jahat akan berakhir dengan kesengsaraan.

"Ini salah satu cerita yang paling menarik dan sering dibawakan saat pertunjukan Reog Mataram. Ini sebagai pengingat bahwa adu domba bisa menjadi bumerang untuk diri sendiri dan orang lain," terang dia.

Kesenian Reog Mataram inipun menarik banyak penonton. Mereka berbondong-bondong melihat pertunjukkan tersebut yang digelar di dekat kantor Kalurahan Baleharjo.

Salah satunya, Warsinah (56), warga Baleharjo yang sengaja menyempatkan waktunya menonton pertunjukan seni dengan anak dan cucunya. Baginya menonton pertunjukan ini sebagai hiburan diri sekaligus mengenalkan budaya asli Gunungkidul kepada anak dan cucunya.

"Kalau saya memang senang nonton pertunjukan Reog, karena dari kecil sudah nonton. Makanya hari ini, juga membawa anak dan cucu untuk menonton juga agar mereka juga tahu budaya leluhurnya," urainya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved